Mohon tunggu...
Mumtaz Pradipa
Mumtaz Pradipa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dagang antara Amerika-Tionghok dan Implikasinya

28 Februari 2024   15:26 Diperbarui: 28 Februari 2024   15:29 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang dagang atau dikenal sebagai trade war adalah situasi ekonomi internasional di mana negara-negara saling melakukan peningkatan hambatan perdagangan seperti tarif, kuota, dan pencegahan outsourcing. Perang dagang dapat terjadi jika suatu negara menganggap negara pesaingnya melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. 

Pelobi industri dapat menekan politisi untuk membuat barang impor menjadi kurang menarik bagi konsumen, sehingga mendorong kebijakan internasional menuju perang dagang. Selain itu, perang dagang sering kali disebabkan oleh kesalahpahaman mengenai manfaat luas dari perdagangan bebas. 

Salah satu contoh perang dagang yang sering kita jumpai di berita adalah antara Amerika Serikat dan China. Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu peristiwa terpenting dalam ekonomi politik internasional adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. 

Sebagai reaksi terhadap apa yang dianggap sebagai praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan oleh Tiongkok, seperti transfer teknologi yang dipaksakan, pencurian kekayaan intelektual, dan ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan, pemerintahan Trump mengenakan tarif terhadap barang-barang Tiongkok senilai miliaran dolar pada tahun 2018. Ketegangan antara kedua negara kuat tersebut meningkat. sebagai akibat dari bea balasan Tiongkok terhadap barang-barang Amerika.

Ketika Donald Trump menjadi kandidat presiden pada tahun 2016, ia menyatakan kedengkiannya terhadap banyak perjanjian perdagangan yang ada dan berjanji untuk mengembalikan lapangan kerja industri manufaktur ke Amerika Serikat dari negara-negara seperti Tiongkok dan India. 

Kampanye pertamanya adalah bersifat proteksionis setelah dia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Selain itu, Presiden Trump menyampaikan ancaman untuk menarik AS dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sebuah organisasi global yang tidak memihak yang melakukan arbitrase dan mengendalikan perdagangan antara 164 negara anggotanya.

Kedua negara terus saling mengancam pada tahun 2018 dengan menerbitkan daftar usulan tarif pada berbagai produk. Tiongkok menanggapi bea masuk Amerika dengan tarifnya sendiri, namun dampak bea tersebut merugikan produsen Tiongkok dan menyebabkan perekonomian melambat. 

Setiap negara memutuskan untuk berhenti memberlakukan pajak baru pada bulan Desember. Gencatan senjata dalam perang tarif terus berlanjut hingga tahun 2019. Tiongkok dan Amerika tampaknya hampir mencapai kesepakatan perdagangan pada musim semi.
Pemerintahan Trump mengenakan tarif besar terhadap barang-barang Tiongkok senilai $34 miliar pada hari Jumat, 6 Juli 2018. Tarif tersebut ditujukan untuk berbagai produk teknologi manufaktur, termasuk suku cadang reaktor nuklir, self-propelled machines, televisi, peralatan medis, dan bagian-bagian pesawat.

Pemerintahan Tionghok merespon tarif tersebut dengan memberlakukan tarifnya sendiri. Kebijakan ini menargetkan produk pertanian Amerika seperti daging babi (yang menambah sekitar $57 miliar, secara langsung dan tidak langsung, terhadap PDB AS pada tahun 2021), kedelai, dan sorgum.

Petani Amerika dan operasi pertanian industri besar di Midwest yang sangat merasakan dampaknya kebijakan perang tarif ini. Inilah kelompok yang mendukung Donald Trump di sebagian besar pemilu 2016. Tiongkok bertujuan untuk memberikan dampak yang signifikan dan langsung terhadap kelompok-kelompok Amerika yang berpengaruh secara politik. Mungkin menjelang pemilu paruh waktu tahun 2018, mereka akan memberikan tekanan pada Presiden Trump untuk menghilangkan hambatan tersebut.

AS dan Tiongkok masih terlibat perang dagang hingga artikel ini ditulis. Sejak itu, mereka memperluas batas perdagangannya dengan memasukkan pembatasan ekspor terhadap semikonduktor. Industri semikonduktor merupakan sumber terbesar penurunan ekspor barang-barang manufaktur AS pada tahun 2022. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun