Dr. Richard Lee adalah seorang dokter yang terkenal di Indonesia melalui platform digital yaitu TikTok dan YouTube. Beliau merupakan seorang dokter kecantikan yang pada awalnya terkenal karena kerap membongkar brand skincare atau produk perawatan kulit abal-abal yang beredar di masyarakat.Â
Ia sukses menjadi pemilik Athena Group yang menaungi berbagai usaha miliknya seperti, klinik kecantikan, pabrik kosmetik, dan distribusi produk kecantikan. Namun kini nama Dr. Richard Lee dicap buruk oleh netizen karena adanya kasus kontroversial dengan Doktif yaitu singkatan dari Dokter Detektif. Identitas Doktif ini tersembunyi karena wajahnya ditutupi oleh topeng mata.Â
Tetapi netizen banyak yang menduga bahwa Doktif tersebut adalah Dr. Amirah Farahnaz, Dipl. AAAM, pemilik Amira Aesthetic Clinic karena dilihat dari bentuk wajah dan postur tubuhnya sama. Doktif ini merupakan seorang dokter yang viral di TikTok karena mengungkap kandungan produk skincare dan sering membongkar aib produk kosmetik, termasuk hasil lab, dan melakukan review kandungan kimia dalam beberapa merek skincare.Â
Doktif sering terlibat perseteruan dengan pemilik brand skincare yang tidak terima dengan kritik dan hasil uji lab yang dibagikan. Namun ada juga pengusaha brand skincare yang justru berterima kasih karena telah mengungkap kebenaran dan menguntungkannnya.
Perseteruan ini bermula dari Doktif yang mengungkap produk skincare Dr. Richard Lee yang ternyata menipu masyarakat dengan mengambil produk orang lain dan hanya ditutupi menggunakan stiker. Kasus ini terbongkar ketika Doktif dan Dr. Ika mereview DNA Salmon dari Dr. Richard Lee dan mencoba membuka stikernya ternyata ada tulisan Ribeskin dan tulisan bahasa Korea.Â
Dr. Ika mengatakan bahwa perlakuan seperti repackage ini jelas menyalahi aturan dan regulasi BPOM. Selain itu, ada produk yang bernama White Tomato yang dipromosikan bisa memutihkan kulit karena ada kandungan ekstrak tomat putih.Â
Namun, setelah diperiksa oleh Doktif ternyata dalam produk tersebut tidak ada kadungan ekstrak tomat putih melainkan L-Reduce Glutathion. Penjelasan tersebut sempat diunggah pada akun tiktok milik Doktif @dokterdetektif tetapi terkena reported dan sekarang ada di @dokterdetektifhero.Â
Kontroversi tersebut menarik media dan publik, keduanya saling bertukar argumen dan bukti. Kasus ini membuktikan kekuatan media sosial dalam membentuk opini publik dan memengaruhi perilaku konsumen. Dari situ banyak konsumen yang berani membuat VT untuk membuktikan apakah yang dikatakan Doktif benar tentang tempelan stiker tersebut dan mereka membagikan cerita selama menggunakan produk tersebut. Konsumen merasa sangat kecewa karena telah ditipu dan dirugikan mengingat harganya yang begitu mahal sekitar Rp 1,5 juta per paket. Bisa dilihat bahwa TikTok memang berperan penting dalam kasus dr. Richard Lee dan Dokter Detektif. Platform ini telah mempercepat penyebaran informasi, membentuk opini publik, dan memicu perdebatan yang sengit. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua informasi yang beredar di TikTok dapat diandalkan. Sebagai pengguna, kita perlu bersikap kritis dan menyaring informasi dari berbagai sumber sebelum mengambil kesimpulan.
Etika profesi medis, terutama dalam era digital, menjadi semakin krusial. Dokter, sebagai figur publik yang dipercaya, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga integritas profesi. Penggunaan media sosial oleh dokter membuka peluang untuk edukasi kesehatan, namun juga menghadirkan tantangan baru.Â
Promosi produk yang berlebihan, penyebaran informasi yang tidak akurat, atau pelanggaran privasi pasien merupakan beberapa contoh pelanggaran etika yang dapat terjadi. Penyalahgunaan pengaruh oleh dokter dapat merusak kepercayaan publik terhadap profesi medis dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.Â