Penyebaran virus Covid-19 yang berkelanjutan hingga diumumkan sebagai pandemi global membuat aktifitas semua orang terbatasi seperti belajar dari rumah, berkerja dari rumah, dan aktifitas sehari-hari lainnya.
Masyarakat dituntut untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi, pemerintah mengeluarkan kebijakan New Normal sebagai istilah kehidupan masyarakat baru yang sesuai dengan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus Covid-19.
Dampak negatif pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat salah satunya tingkat stress atau kecemasan, dari hasil survei online yang dilakukan oleh Survei Measure Training Research pada akhir Mei 2020 lalu tentang Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kondisi Kesehatan Mental menunjukan bahwa sebanyak 58% responden melaporkan adanya depresi, oleh karena itu banyak masyarakat mencari hiburan sebagai penghilang stress salah satunya dengan menonton K-Drama (Korean Drama).
Tren K-Drama sebenarnya sudah masuk Indonesia sejak lama namun penggemarnya masih dari kalangan yang memang mengikuti dunia hiburan Korea (K-Wave) belum menyeluruh dari semua kalangan. Awal masa pandemi membuat K-Drama banyak digemari sebagai penghilang penat saat hanya bisa berkatifitas dirumah, hal ini diikuti dengan banyaknya judul K-Drama baru dengan cerita-ceritanya yang seru.
Kenaikan pamor K-Drama di Indonesia turut menyebarkan budaya-budaya Korea yang dikemas apik dalam cerita K-Drama, Idola et al dalam artikelnya yang berjudul K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia yang dimuat di Jurnal ProTVF Vol 3, No. 1 (2019) menyatakan bahwa sadar atau tidak sadar penonton K-Drama akan familiar dengan budaya dan kebiasaan orang Korea.
Salah satu dari budaya Korea yang sangat menarik perhatiaan masyarakat Indonesia adalah Makanan Khas Korea terkhususnya Korean Street Food atau jajanan pinggir jalan Khas Korea seperti Tteokbokki yaitu kue beras dengan tekstur kenyal yang disiram dengan saus merah pedas manis khas Korea, Odeng yaitu kue ikan yang ditusuk menyerupai sate lalu direbus dengan kuah kaldu lalu ada Corn Dog jajanan ini sangat terkenal akhir-akhir ini karena ada didalam K-Drama Start Up yang dibintangi oleh Suzy sebagai Seo Dal Mi yang dimana neneknya mempunyai kedai Corn Dog, yaitu jajanan berbahan dasar sosis yang dibungkus dengan tepung krispi.
Tampilan yang begitu menggoda di setiap drama Korea membuat para penonton merasa penasaran dengan bagaimana rasa dari jajanan-jajanan tersebut, maka lahirlah tren Korean Street Food.
Tren Korean Street Food ini ditandai dengan adanya komodifikasi Korean Street Food di Indonesia, Komodifikasi sendiri menurut Wikipedia adalah segala sesuatu yang biasanya tidak dikenal sebagai komoditi kemudian menjadi komoditi.
Fenomena tersebut bisa dilihat dari banyaknya penjual jajanan khas Korea di daerah-daerah padahal sebelum adanya pandemi dan marak ditayangkannya drama Korea di Televisi restoran-restoran Korea jarang dijumpai dan hanya ada di kota-kota besar, namun sekarang dapat ditemui dengan mudah di kota-kota kecil seperti Solo.
Rasa penasaran dan keingintahuan masyarakat dijadikan peluang bagi para pemodal, hal tersebut menjadikan menjamurnya Korean Street Food berupa restoran besar ataupun warung pinggir jalan, jadi tidak hanya masyarakat kalangan atas yang dapat merasakan makanan Korea tersebut namun masyarakat kalangan menengahpun bisa merasakan, inilah mengapa keberadaan Korean Street Food menjadi komoditi yang mudah ditemui di Indonesia.
Komodifikasi menurut perspektif Marxisme yaitu alat dari kapitalis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghisap nilai surplus menghasilkan materi atau sesuatu yang mengandung nilai guna dan nilai tukar yang disebut “komoditas”, berdasarkan bentuk-bentuk komoditas menurut Mosco Tren Korean Street Food dari K-Drama di Indonesia termasuk dalam komodikasi konten yaitu dimana telah terjadi transformasi pesan dari hanya sekedar data menjadi sistem pemikiran penuh makna dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan.