Hari ini gerimis turun mengawali musim hujan. Bau khas tanah yang tersiram air terbang hingga ke tempatku duduk-duduk di beranda. Aroma itu membawa anganku ke masa lalu, saat aku masih bersama Ayah dan Ibu.
Aku ingat, gerimis itu akan diikuti dengan hujan dalam beberapa hari ke depan. Air yang turun dari langit itu menyesap cepat pada tanah-tanah sawah yang retak. Saat itulah jengkerik-jengkerik keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan diri dari air yang telah merangsek ke dalam celah-celah tanah kering.
Keadaan ini biasa aku manfaatkan untuk berburu jengkerik. Yang berkelamin jantan aku piara dalam rumah jeruji bambu. Suaranya yang nyaring bisa digunakan untuk mengusir tikus rumah. Jengkerik betina bisa digoreng untuk lauk-pauk yang kaya protein. Jengkerik yang digoreng dengan kreweng, sangat nikmat buat lauk dengan nasi putih hangat di sore hari dalam derai hujan.
Kami menyambut awal musim dengan gembira. Batang-batang jagung segera ditebang, dan sawah dipersiapkan untuk ditanami padi. Sawah yang usai ditanami jagung kembali subur karena unsur hara-nya telah kembali. Hama wereng yang biasanya menyerang tanaman padi juga mati karena tanaman palawija telah memotong rantai perkembangbiakan mereka.
Aku ingat. Saat itu aku bermain-main lumpur di sawah, sementara Ayah mempersiapkan tanah untuk ditanami padi dengan mencangkulnya. Sore-sore ketika kami pulang, singkong rebus yang masih mengepul sudah siap kami santap. Ibu sudah menyiapkan menu sederhana kesukaan kami.
Sambil menikmati singkong rebus itu, Ayah juga meneguk secangkir kopi pahit yang dilengkapi secuil kelapa bakar. Ayah biasa menyisakan kopi pahitnya separoh untukku. Meski pahit, aku juga suka kopi yang aku tuang ke atas lepek supaya cepat dingin.
***
Hari ini gerimis mengguyur kota. Udara panas dalam beberapa hari ini telah sirna berganti dengan dingin yang menyejukkan. Aku menikmati gerimis ini sebagaimana aku menikmatinya dulu. Dalam pandanganku, di bawah garis-garis hujan itu, beberapa anak bertelanjang dada menari lonjak-lonjak sambil sesekali menatap langit. Salah satu anak itu adalah aku. Andai waktu bisa diputar ke masa lalu, aku ingin kembali saja ke sana untuk menikmati keceriaan yang lepas. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H