Pagi ini di harian Kompas halaman 2 dimuat bahwa Rapimnas Partai Golkar dalam salah satu kesimpulannya mengajukan Calon Presiden dari partai mereka tahun 2014 ádalah Sang Ketua Umum nya. Satu hal yang sangat biasa dan wajar saja. Namun yang agak terasa lain di pikiran saya adalah respon Sang Ketua Umumnya, “ Saya tidak bisa menolaknya. ” Mengapa mesti berkata tidak bisa menolaknya. Siapa yang bisa memaksanya kalau dia memang tidak berminat sama sekali ?
Ada kebiasaan yang agak absurd di kalangan elite kita kalau soal pencalonan menjadi Pemimpin di negara ini. Entah untuk jadi pemimpin parpol, kepala daerah ataupun Presiden. Hanya sedikit sekali orang yang dengan jelas dan tegas berani mengutarakan niat dan motivasinya menjadi seorang pemimpin. Kebanyakannya ádalah seperti malu malu kucing, pura pura tidak mau sehingga maksudnya akan terlihat seperti orang rendah hati. Padahal bagi saya kalau mau menjadi pemimpin itu sudah harus tegas niat dan motivasinya dari awal. Tidak perlu kepurapuraan atau kemunafikan.
Semua orang juga paham bahwa tujuan parpol itu untuk meraih kemenangan dan kemudian berkuasa dan memegang kendali pemerintahan. Nah, apa yang bisa kita pelajari kalau seorang Ketua partai saja masíh menampilkan kesan seolah olah tidak mau jadi Capres, tapi iklan tentang dirinya tampil terus di mass media nasional.
Saya berharap akan muncul para pemimpin yang sudah jelas tujuan dan motivasinya serta berani mengutarakannya dengan jujur pula. Tidak perlu ada rekayasa, pemolesan citra yang ujungnya pasti membuat rakyat kecewa dan menderita.
Kalau ada pemimpin yang masih berkata saya tidak bisa menolak kepercayaan dari partainya, saya hanya mau mengingatkan bahwa rakyat pasti bisa berani dan tegas menolak para pemimpin yang tidak jujur dan tulus dalam bersikap dan bertindak.
Salam kejujuran !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H