Libur t'lah tiba,
libur t'lah tiba
hore, hore, hore!
Penggalan lagu yang dinyanyikan penyanyi cilik bernama Tasya di atas sesungguhnya tepat untuk istri saya, tapi kurang tepat untuk saya dan anak saya. Penyebabnya karena saya sudah purna tugas, sedangkan anak bungsu saya baru saja wisuda sehingga sudah tidak mengenal istilah libur sekolah lagi. Sementara istri saya masih aktif sebagai pengajar. Meskipun demikian, saya dan anak saya mengikuti istilah istri saya, yakni memanfaatkan waktu liburan ini untuk refreshing.
Dari Tangerang, kami pulang ke kampung kelahiran terlebih dahulu, di ujung timur Kabupaten Cilacap. Walaupun saya sudah tidak ada orang tua, tapi saya masih memiliki dua saudara kandung di sini. Selama di kampung kelahiran, selain memanfaatkan waktu untuk silaturahmi dengan beberapa saudara dan kawan, kami  juga menyempatkan diri jalan-jalan ke laut, untuk menyenangkan anak yang ingin wisata ke sana.
Dari Cilacap kami melanjutkan perjalanan menuju Kalasan bersama kakak yang nomor dua, ke rumah anaknya alias keponakanku. Di Kalasan, kami menyempatkan diri mengunjungi Candi Ijo yang lokasinya tidak jauh dari rumah keponakanku.
Candi Ijo terletak di Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi yang bercorak Hindu ini berada pada posisi 110 00' 32.86" BT, 07 46' 55" LS. Diberi nama Candi Ijo karena lokasinya berada di lereng Gunung Ijo yang memiliki ketinggian kurang lebih 417 dpl. Sementara situs candi itu sendiri berada di ketinggian kurang lebih 375 dpl.
Penyebutan nama "ijo" yang berarti 'hijau' pertama kali terdapat pada Prasasti Poh yang berangka tahun 906 Masehi. Di dalam prasasti tersebut disebutkan, "... anak wanua i wuang hijo ..." yang berarti anak desa, orang Ijo. Â
Menurut catatan yang ada di papan informasi Candi Ijo, candi ini pertama kali ditemukan tanpa sengaja oleh seorang administratur pabrik gula Sorogedug bernama H.E. Doorepool pada tahun 1886 Masehi saat ia sedang mencari lahan untuk penanaman tebu.
Candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang (yakni di sisi timur) dengan bagian belakang sebagai pusat percandian. Candi yang menempati 11 teras ini memiliki ketinggian yang berbeda-beda yang membujur dari barat ke timur. Bangunan inti dari kompleks Candi Ijo berada di teras paling atas, yakni teras 11 yang dijumpai 1 buah candi induk dengan 3 buah candi perwara yang terdapat di depan candi induk (sisi barat).
Wisata ke candi ini sangat menyenangkan, karena pemandangannya yang sangat memesona. Apabila kita menghadap ke arah barat dan kemudian memandang ke bawah, maka kita dapat melihat pesawat take off maupun landing di Bandara Adisucipto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H