Mohon tunggu...
Mulyo Hartono
Mulyo Hartono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Melayani Konsultan Guru Online Tanya Jawab Seputar Info Guru

Berbagi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Maksud UN Diganti Asesmen Kompetensi

17 Desember 2019   03:43 Diperbarui: 17 Desember 2019   03:50 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu banyak opini dan pendapat setelah kabar digantinya Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter pada tahun 2021. 

Untuk itu saya sebagai masyarakat Indonesia juga ingin beropini tentang ini. Apa sebenarnya yang ingin disampaikan Mas Menteri Mendikbud Nadiem Makariem ini pada masyarakat dan siswa Indonesia. 

Bapak Nadiem dalam menyampaikan perubahan ini begitu bersemangat didepan podium. Didepan para anggota DPR kemarin, begitu semangat dan antusiasnya. Mari kita suport apa yang menjadi kebijakan mas menteri ini demi cita-cita beliau untuk meningkatkan mutu pendidikan kita.

Kembali pada beropini memahami maksud digantinya Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi. Saya berpendapat bahwa Mas Menteri Nadiem Makarim sesungguhnya ingin menyampaikan pada kita bahwa hasil Ujian Nasional bukan sebagai penentu kita sukses dimasa depan. 

Dengan kata lain bahwa Hasil Prestasi Akademik kita dengan nilai tinggi tidak akan otomatis menjadi orang sukses kedepannya. Saya beranggapan mas menteri ingin menyampaikan itu, dan mengakhiri doktrin masyarakat kita tentang itu. Jangan mengejar prestasi akademik yang tinggi saja.

Mendikbud baru kita ini ingin menanamkan doktrin baru pada siswa dan masyarakat kita, bahwa kedepan kita perlu skill atau keahlian, dan Mas Menteri ingin menggalinya pada siswa untuk persiapan kedepan menghadapi hidupnya agar sukses. Lebih ingin menanamkan karakter kita sebagai orang yang berkeahlian, bukan yang diukur dengan nilai angka tinggi. 

Saya setuju sekali maksud dan tujuan mas Mendikbud Nadiem Makariem ini. Akan tetapi tidak etis jika Mendikbud kita berbicara langsung tentang Ujian Nasional tidak perlu.

Kalau kita cermati dan kita gali mendalam memang benar, kita butuh skill dalam hidup untuk bertahan kedepannya. Bukan hanya dapat nilai tinggi tetapi tidak ounya kemampuan sama sekali. 

Contohnya skill sepak bola, itu didapatkan dari ekstra kurikuler, bukan dari mata pelajaran. Padahal kenyataannya banyak yang sukses dari bermain sepak bola sampai mendunia. 

Pemain sepak bola tadi bisa berbisnis asesoris sepak bola misalnya kaos sepak bola dan perlengkapan sepak bola. Jadi intinya opini saya adalah Mas Mendik ingin menanamkan dan membekali skill pada siswa Indonesia dengan tidak menyampingkan Ujian Nasional. 

Ujian Nasional tetap perlu, akan tetapi dengan sistem skill dan Karakter sebagai tolok ukurnya. Karena selama ini orang pintar secara akademik belum tentu hidup dan masa depannya sukses. Kebanyakan yang sukses adalah orang yang mempunyai skill dan berkarakter dalam bekerja. Semoga bermanfaat dan ini hanya sebatas opini saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun