Kami dibriefing singkat tentang aturan main rumah tangga Belanda. Antara lain, jadwal makan setiap hari ditetapkan. Misalnya makan malam, hanya boleh antara pukul 18.00 sd pukul 19.00. Sebelum atau setelah jadwal itu dipersilakan makan di luar rumah.
Aturan yang lain, setiap habis mandi harus membersihkan bekas sabun dan air yang menciprat di dinding, kran maupun lantai. Idenya kamar mandi harus selalu bersih dan kering.
Hal lain yang agak aneh bagi kami, kalau ada tamu yang tidak diundang datang ke rumah, suguhan yang disajikan misal teh, kopi, makanan kecil atau makanan lainnya boleh dibayar. Kebiasaan yang unik dan menarik untuk ditelusuri asal usulnya.
Malam pertama berlalu tenang, nyaman dan aman. Tidur tidak perlu menggunakan pendingin ataupun penghangat. Di penghujung summer, Belanda sejuk di malam hari.
Minggu pagi kami diajak Franz dan Lis ke pasar kaget di kawasan heritage Den Bosch. Sebagaimana kota - kota lain, pada hari tertentu ada pasar kaget yang menjual berbagai macam barang baru ataupun bekas. Dari pakaian, furniture, makanan, perangkat dapur, lukisan, kristal dsb.
Di pasar itu kami diperkenalkan dengan makanan khas Belanda. Seperti berbagai panekuk, bermacam keju. Dan ini dia, ikan herring atau haring.
Ikan haring dijual mentah dan segar. Stoknya ditaruh di keranjang kayu bersih. Ikan laut dangkal itu bertumpuk. Matanya bulat melotot. Dan inilah yang membikin dilema.
Franz menantang kami, berani tidak makan haring gaya Belanda? Yaitu makan ikan itu mentah dan utuh.
Asnawi menggoyangkan telapak tangan. Franz tersenyum menatap saya.
Mikir, ini sebagai petualangan kuliner yang challenging. Risikonya rasa amis, paling banter muntah. Saya mau nyoba. Franz bertepuk kecil dan memesan 2 haring.
2 haring utuh dilapisi irisan bawang Bombay satu diserahkan saya, satunya dia pegang.