All the beginning is difficult, pada mulanya semuanya sulit. Demikian juga menerima perubahan yang terjadi. Terkadang sulit bahkan sering juga membuat kecewa.
Dengan perubahan direksi Pelindo4 tahun 2002, ternyata bukan hanya saya yang kecewa, pak Djarwo pun bercerita merasa tidak sreg dengan kepindahannya dari Pelindo3. Jabatan naik namun gaji malah turun. Tapi sebenarnya bukan perkara gaji itu esensinya.
Ibarat tercerabut dari zona nyaman, kalau boleh pak Djarwo ingin tetap di Surabaya sebagai direktur, tidak perlu promosi. Pak Djarwo sempat berpikir pula untuk mengundurkan diri.
Pak Djarwo yang sebelumnya pernah lama menjadi warga Pelindo4, sebelum mengambil keputusan penting ini berkonsultasi dengan mentor dan mantan bos nya, pak Franz Masengi. Pak Franz adalah dirut pertama Perumpel4 dan Pelindo4 setelah organisasi pelabuhan bertransformasi dari BPP (Badan Pengusahaan Pelabuhan) yang bernaung langsung dibawah Dirjen Perhubungan Laut.
Menurut cerita pak Djarwo ke saya, malam sebelum pelantikan itu pak Franz menyampaikan pandangan yang serupa dengan nasihat senior saya di KeMenkeu. Supaya menerima dulu amanah itu dan mundur kemudian kalau memang ingin. Atau terima dan lanjutkan.
Dan cerita selanjutnya, tidak sepenuh hati pak Djarwo dan saya berangkat ke Makassar. Walaupun nantinya spirit akan berubah drastis.
Pada akhirnya untuk kasus saya ke Pelindo4 akan mirip dengan acara kantor yang diselingi agenda nyanyi nyanyi. Yaitu kasus susah naik enggan turun. Ketika seseorang menolak ke panggung saat MC mengundang salah satu hadirin untuk bernyanyi. Lalu karena keadaan terpaksa harus menuruti. Tetapi begitu tampil di panggung ternyata tidak mau segera turun. Keterusan berturut turut beberapa lagu dinyanyikan.
Saat tahun 2002 ditunjuk ke Makassar saya enggan berangkat. Berbalikan ceritanya dengan tahun 2015, kala pemegang saham menghendaki saya harus pergi meninggalkan Pelindo4. Dengan berbagai pertimbangan yang tidak personal saya ngotot bertahan. Untuk tetap menjadi dirut perusahaan ini. Kengototan itu berlangsung selama sekitar 6 bulan. Pertimbangan untuk ngotot bertahan yang saya anggap penting mungkin nanti perlu diceritakan juga.
Pepatah lama dan klise yang tetap berlaku sepanjang masa mengatakan, bahwa tidak ada yang abadi semuanya akan berubah, yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri berlaku juga terhadap apa yang dirasakan setiap insan. Demikian juga rasa kecewa saya terkikis dengan semakin intensnya saya berinteraksi dengan teman teman Pelindo4. Suasana kebatinan direksi dan seluruh jajaran kala itu begitu kondusif. Membuat lingkungan dan gairah kerja serta sinergi bertumbuh. Termasuk berimbas ke saya.
Di Pelindo4 saya bertemu dengan kolega kolega baru yang luar biasa. Dengan segala sifat positifnya masing masing serta gaya yang beragam. Sesungguhnya kita bisa belajar dan memetik hal positif dari siapapun yang kita temui.
Di direktorat keuangan saya didampingi para senior manajer; pak Ahmad Aini, pak Djaman, pak Marthen Pairunan. Serta rekan rekan ; Budi Revianto, Sadri, Hoddiman, Sarwedi Raharjo dll.