Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 36

30 Mei 2020   19:55 Diperbarui: 5 Juni 2020   12:00 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

La Boca stadium. Dokpri
La Boca stadium. Dokpri
La Boca stadium. Dokpri
La Boca stadium. Dokpri
Super Clasico, terminologi yang beraroma kompetitif tak pernah padam. Mendebarkan.

Diego Maradona salah satu fantastic four dari maestro bola di dunia sepanjang sejarah (Pele, Maradona, Messi, Cristiano Ronaldo) digembleng dan diorbitkan dari sini. Kita semua tahu bagaimana kiprah si pendekar pendek kekar Maradona. Membawa Argentina meraih piala dunia tahun 1986. Juga gol kontroversialnya yang disebut gol tangan Tuhan. Saat perempat final melawan kesebelasan Three Lions Inggris.

Memasuki ruang ganti terpampang repro sosok para pesohor bola yang pernah menggunakan ruang itu. Seperti Pele, Neymar, Roberto Carlos dsb. Gaya gaya para kampiun.

Mengakhiri stadium tour, rombongan menuju ruang memorabilia. Patung patung dan poster para pahlawan La Boca berdiri dan terpampang disana. Dimaksudkan sebagai penghargaan dan inspirasi bagi para generasi penerus. Yang paling mencolok tentu patung tembaga Diego Maradona berambut lebat. Patung dengan tangan menyilang, lima jari diatas dada. Sikap kesungguhan dalam mengabdi dan berjuang untuk klubnya, La Boca Junior.

Khayalan mengiringi saat meninggalkan stadion La Bombonera. Kapan ya Indonesia terbebas dari senjakala bola. Bisa memiliki klub sehebat dan setara dengan La Boca yang melahirkan kampiun kampiun bola di level dunia. Dalam hati juga berharap, semoga sepuluh tahun yang akan datang tahun 2030, Timnas Indonesia dapat ikut berlaga meramaikan pesta piala dunia. Sukur sukur bisa masuk final.

Sore ini adalah senja terakhir di Argentina. Meninggalkan La Boca sejenak tea time di lounge klasik. Berbaur dengan oma oma dan opa opa Latino yang meriah bercengkerama dan ngrumpi entah apa. Tak lama kami beranjak menuju bandara.

Usai sudah tur terjauh, terlama, terpanjang dan paling menguras tenaga di Latin Amerika ini. Centrang di bucket list telah bertambah; Samba Karnaval Rio, pantai Copacabana dan Ipanema, Yesus The Redeemer, Air terjun Iguazu, kota Inca kuno Cuzco, Machu Picchu dan juga Buenos Aires.

Ada perasaan tak terkata campur tak percaya. Bahwa tempat tempat yang dulu hanya dikenal lewat film, novel, puisi dan hasrat itu telah dikunjungi. Semuanya melebihi apa yang pernah dibayangkan. Alhamdulillah.

Malam menjelang, bandara telah berbinar cahaya. Rombongan latam berpisah dengan Marisa. Bergegas kami menyeret koper koper bawaan menuju baris antrian Emirates Airline.

Kami akan segera pulang.

Pulang - Korona

Kata pulang pada saat saat tertentu bisa berubah makna, menjadi sebuah mantra. Hanya bepergian dua minggu lebih sedikit, namun kembali pulang itu ternyata dinanti nantikan juga. Paling tidak itu yang awak rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun