Ollantaytambo
Bus masuk lapangan parkir. Beberapa bus dan minibus wisata berderet disana.
Dari lapangan parkir berjalan kaki rombongan menyusuri gang gang menuju pintu masuk situs. Sore itu wisatawan lumayan ramai, meskipun Februari Maret adalah low season wisata di Peru.
Sepanjang gang kembali nampak kepiawaian suku Inca menata batu juga mengatur drainase. Sarana yang kuat, fungsional, bersih dan berseni.
Souvenir dagangan bergelantungan di kedua sisi dinding batu, didominasi warna merah. Demikian juga deretan lapak lapak kecil memerah oleh souvenir Inca. Diantara kaki kaki wisatawan yang melangkah, memanjang selokan air jernih mengalir deras. Penampakan dan gemericiknya membikin tubuh tubuh lelah kembali bergairah.
Menyusur sepanjang 150 meter, muncul di mulut gang. Batu solid tak kurang dari 10 ton melintang perkasa menumpang diatas selokan. Dibawahnya gemericik deras air bening tak putus putus mengalir lancar.
Di depan kami, natives market Inca cukup luas untuk dikelilingi. Disampingnya tembok batu memanjang, tempat gerbang masuk situs benteng Ollantaytambo berada.
Ollantaytambo memiliki arti tempat untuk melihat kebawah. Memasuki gerbang, segera makna Ollantaytambo terbentang nyata di depan mata. Struktur bebatuan bagai hewan melata, merayap naik di punggung bukit terjal sampai di puncaknya. Kembali dibuat takjub dengan pemandangan yang nampak. Struktur megalitik bekas kerajaan dan benteng mendominasi lingkungan.
Konon kala itu, tahun 1530 an Manco Peru adalah penguasa Ollantaytambo, yang berjarak sekitar 80 km dari kota Cuzco.
Dalam rangka memperebutkan Sapa Inca atau Kaisar Inca dengan penguasa Cuzco Atahualpa pesaing terkuatnya, Manco Peru berkolaborasi dengan Francesco Pizarro penjelajah Spanyol. Dalam perang itu Atahualpa kalah dan terbunuh.