Selain bermalam di kota kota cantik, kami juga bertandang ke wilayah yang menjadi penanda dinamika kehidupan. Perjuangan, Energi dan keuletan di Kanada. Penanda kisah sebuah Harapan dan Visi.
Hope adalah nama salah satu kota kecil di lereng Rocky Kanada. Hope atau Harapan  wilayah dengan alam cantik. Bagian dari Nature Beauty of Canada.
Hope, kota cantik yang memendam sisi terang dan juga kisah gelap dari sebuah Harapan. Ketika terjadi Gold Rush, demam penemuan Emas di Kanada. Pada Abad sembilan belas.
Kami berhenti sejenak di pinggiran Hope. Untuk Toilet time, dilingkungan hutan Pinus berlatar belakang puncak puncak Bukit. Sedang mencerna kembali cerita Pauline tentang kota Hope, tiba tiba mata tertumbuk sebuah petunjuk arah yang menempel di batang pohon.
Plang berbentuk anak panah itu bertuliskan Rambo Route. Rambo? ya tiba tiba saja pikiran melayang ke 35 tahun lebih yang lalu, tahun 1982.
Ya, ternyata Awak sudah mengenali wilayah Hope ini dari tahun 1982. Di Bioskop Rahayu, Yogya. Melalui film berjudul First Blood. Atau Rambo pertama.
Film First Blood yang dibintangi Sly, atau Sylvester Stallone ini delapan puluh persen mengambil gambar di wilayah Hope ini.
Film yang laris di seluruh dunia. Lalu berlanjut dengan seri seri berikutnya. Dan kebetulan tahun 2019 beredar seri terbaru Rambo. Berjudul Last Blood. Entah apakah ini bakal jadi seri terakhir Rambo.
First Blood adalah film laga penuh kekerasan dan pameran otot, yang mengambil lokasi shooting di alam indah.
Kini di Hope, banyak ditawarkan wisata dengan label Napak Tilas Rambo. Dan konon banyak juga peminat acara menyelami kisah Hope Rambo untuk menjadi orang normal. Tetapi kenyataan memaksanya harus kembali menjadi prajurit yang mesti survive. Gara gara first blood nya ditumpahkan oleh Sheriff ugal ugalan.
Terbayang lagi samar samar film itu. Kantor Sheriff, Hutan Pinus, Jalanan lengang, mobil tergelimpang di sungai. Rambo yang kumuh pulang dari perang di Vietnam.
Rambo yang berubah dari Victim menjadi Predator. Film laga yang seru. Sedikit berlebihan mengisahkan sang Jagoan.
Gold Rush, demam emas bermula ketika tahun 1860 an terdengar kabar seseorang mendapatkan sepotong Emas. Saat sedang memancing ikan di salah satu Creek, sungai kecil di sekitar Hope. Terjadilah gelombang migrasi manusia besar besaran menuju Hope.
Tidak hanya dari Kanada saja, tetapi juga ribuan orang bergerak dari Seattle wilayah Amerika yang berdekatan dengan Kanada. Bahkan dari wilayah yang sangat jauh, California.
Ribuan orang berkumpul di wilayah ini. Menaruh asa. Memintal harapan dengan memburu, menambang emas di sungai sungai.
Hope menjadi panggung drama kisah harapan manusia. Harapan yang menjadi energi. Sebagian orang sukses menangguk logam mulia itu. Namun lebih banyak lagi yang gagal. Terperosok berantakan, mengorbankan waktu, tenaga. Bahkan nyawa tanpa hasil.
Drama mengejar harapan itu layaknya kisah manusia sepanjang jaman. Penuh dinamika, senang dan sedih silih berganti.
Harapan bisa menjadi bernilai dan nyata, manakala seseorang selalu ingin berkembang dan memiliki keuletan. Mampu bertahan terhadap tekanan serta kesulitan kesulitan.
Dari pelajaran di wilayah Hope, kami juga mampir ke lokasi penanda sukses sebuah Visi seorang Visioner.
Lokasi itu ditandai dengan monument. Sebuah gerbong Kereta Api berwarna merah. Lambang ketika Visi konektivitas Kereta Api ke seluruh pelosok Kanada telah terwujud.
Visi yang untuk merealisasikannya sarat dengan hambatan, kesulitan dan juga kegagalan kegagalan. Namun dengan kolaborasi berbagai talenta disertai passion yang kuat, akhirnya Visi itu terwujud dan bermanfaat hingga sekarang.
Alam yang cantik, kisah Harapan dan Visi adalah pelajaran penting. Menjadi modal serta energi yang dipelihara hingga kini di negeri makmur itu.
       *****
Menuju Icefield, kembali di sepanjang perjalanan, hamparan panorama alam tersaji memukau. Hutan Pinus, Pegunungan, Sungai, Danau, Kabut, Bunga bunga dan Langit biru.
Ditengah perjalanan kami berhenti. Pauline memandu rombongan menuju tepian danau Jasper yang sangat cantik.
Danau di tepi jalan umum itu rapi dan asri. Tak ada tulisan peringatan galak atau himbauan santun. Semacam, Dilarang membuang sampah disini!!!. Atau Terima Kasih telah menjaga kebersihan.
Begitulah, kalau masyarakat sadar akan manfaat dan nikmat kebersihan. Larangan, himbauan, sindiran seolah tak diperlukan lagi untuk menjaganya. Orang orang menjaga diri mereka sendiri.
Huawei pun beraksi, kembali mengabadikan siluet dan gambar manusia dalam beauty of nature.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H