Namun tim Lily putih malam itu tidaklah secantik bunga. Son, Moura, Ali adalah Macan yang sedang lapar juara. Moura menjadi taring dan cakar Macan, mencabik cabik sang Serigala Amsterdam.
Malam itu, kota seribu kanal yang berpijar pijar ribuan lampu itu terasa lebih dingin dari biasanya. Langit kelabu, wajah kuyu, mata berkaca kaca. Itulah derita para warganya.
Sebaliknya, lihatlah kafe kafe di sepanjang Piccadilly dan sekitar Travalgar Square, London. Penuh gelak tawa dan momen Ting.. Ting.. Ting. Benturan benturan gelas, bersulang merayakan keajaiban injury time.
Nama Pochettino sang juru Strategi dan Taktik Spurs, selalu disebut penuh pujian. Genius lah, Brilian lah, Bertangan dingin lah, Kreator lah. dst dsb.
Demikian juga Lucas Moura, pemain sayap berusia 26 tahun ini menjadi pahlawan dalam  pembicaraan. Berbagai julukan disebutkan. Algojo lah, Macan lah, Meteor lah. Dan lah lah yang lain.
Lucas Moura, pemain kelahiran Sao Paulo Brazil ini belum begitu lama bergabung dengan Spurs. Setelah ditransfer 45 juta Euro dari PSG, klub Bola kota Paris.
Sebelumnya, pemain yang pernah bergabung dalam tim Juventus junior ini tak bersinar. Namun malam ini dialah segalanya. Menjadi sinar terang dan penyelamat Spurs yang sedang berada di ujung tanduk.
Moura malam ini bercahaya melebihi Son striker penakluk. Bahkan melebihi Harry Kane, pangeran Spurs yang absen bermain malam ini karena cedera.
Hat Trik Moura di laga ini akan lama menjadi cerita. Lebih  melegenda, manakala tanggal 1 juni mendatang, Spur mampu mengangkat Trophy si Kuping besar di Madrid. Mengalahkan Liverpool.
57 tahun penantian juara, akan dituntaskan di Madrid untuk membasuh dahaga yang berkepanjangan.
Who knows.