Musik adalah malam adalah sungai, juga langit, adalah kita yang  menunggu kejutan
Setelah makan siang di kapal, hanya mencakung di kamar. Memandangi floating resto yang berderet di tambatan sisi lain sungai, 500 meteran jauhnya.
Melalui dinding kamar berkaca bening penuh , pantulan sinar matahari di permukaan sungai membentuk lukisan lukisan natural yang berubah ubah.
Mestinya setelah makan siang, mengikuti option tur ke Kastil kuno di luar kota Beograd. Dilanjut culture Dinner di pedesaan. Tapi gara gara salah teknis,.....menjadi korban gaya salto ....tur sore dan malam terpaksa batal.
Kemarin sore naik ke Deck atas kapal, melihat Matahari bulat merah yang sudah meredup, melesat abstraksi fotographi di kepala. Ingat, gaya Wayne Rony striker MU, ketika mencetak gol loncat dan tebasan dengan kaki kanannya. Membayangkan Matahari redup sore itu adalah bola, Saya akan meloncat dan menendangnya. Kebetulan ada crew kapal disitu, serahkan S8 kepadanya. Minta tolong menjepret aksi Saya meloncat menyepak Matahari. Naik ke kursi dan meloncat. Loncatan miring sukses, tendangan bisa dilakukan, tetapi pendaratan tidak mulus. Kaki kanan mendarat tidak pas.Tulang pinggul kanan terasa kesetrum, pedih. Ternyata Hasil fotonya kurang bagus, mau mengulangi loncatan tidak berani, kaki dan punggung cedera. Dengan terpincang pincang, terpaksa kembali ke kamar. Inilah kalau Ambisi dan aksi melebihi kompetensi, salah gaya lagi.
Ngakunya ke isteri terpeleset. Untung ada minyak Kutus Kutus pemberian bu Ndari teman serombongan. Dengan gosokan Minyak produksi Bali itu, punggung terasa enak kembali. Cuma karena punggung yang pedih, tidak bisa mengikuti tur sore dan malam yang sudah direncanakan hari itu.
Matahari tenggelam, permukaan sungai gelap. Lampu lampu Resto dan kafe di seberang mulai menyala warna warni. Tadi pagi ketika ada yang bertanya tentang floating resto diseberang, Hendrik Direktur Cruise menjelaskan. Kafe kafe diseberang setiap malam rame. Nanti malam suara musik dari sana bakal meraung terdengar sampai di kapal ini. Tapi kafe itu bukan untuk anda. Jangan nyebrang kesana. Disana ada live musik, minuman, obat, wanita, pria dan pesta. Kalau anda ke kafe di seberang, pasti akan kerasan. Dan pasti akan ketinggalan kapal yang berangkat nanti jam 00. Kalau nekat kesana dan ketinggalan kapal, ...jangan salahkan saya ya. Hendrik menjelaskan dengan senyum misteri, dan gaya ironis.
Malam tiba, Live Musik mulai terdengar mengalun dari seberang. Crazy little thing Queen terdengar, disusul lagu wajib Bonjovi Bed of Roses. Dilanjut Maria Maria Santana, dinyanyikan vokalis dengan suara lebih berat dibanding lengkingan Freddie Mercury atau Bonjovi. Tangan mengetuk ketuk meja mengikuti irama musik, dalam hati mengharap surprise. Surprise itu adalah , apabila tiba tiba dari seberang sana ada yang menyanyikan lagu Rumah Kita nya Achmad Albar. Atau ada yang nyanyi Kujemu nya Koes Plus. Tapi sampai jam 23.00, surprise yang ditunggu tidak datang. Lagu lagu itu, atau lagu Indonesia yang lain tidak terdengar.
Tiba tiba terdengar sayup mengalun, intro Keyboard yang sangat akrab di telinga. Lumayan untuk pengganti surprise. Edan, Lagu Faithfully nya Journey mengalun syahdu. Lagu Rock melow yang dinyanyikan sendu itu bertransformasi, mengalun seolah menjadi  malam. Menyatu dengan langit, menjadi sungai, menjadi diriku, di dermaga kecil Beograd, puluhan ribu kilometer dari rumah.
Nada nada meninggi, dan Lagu diakhiri dengan lengkingan gitar yang di cabik cabik indah. Metal, melow total. Malam benar benar Melow ...melow total.
Lagu lagu Klasik Rock dari seberang masih berlanjut. Tiba tiba Mesin kapal bergetar, kurang sepuluh menit lagi akan kembali berlayar. Kapal Ready To go......