Mohon tunggu...
mulyawati adindasari
mulyawati adindasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - dinda, Mahasiswa D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga

hi everyone

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Stunting di Indonesia

15 Juni 2022   21:49 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:15 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus Pemerintah Indonesia adalah Stunting pada balita .
Stunting masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu sebesar 19% di tahun 2024. Stunting menempati angka tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.Stunting didefinisikan sebagai kondisi status gizi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan yang tergolong kurang jika dibandingkan dengan umur. Pengukuran dilakukan menggunakan standar petumbuhan anak dari WHO, yaitu dengan interpretasi stunting jika lebih dari minus dua standar deviasi median.Balita stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Umumnya berbagai penyebab ini berlangsung dalam jangka waktu lama .Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan anak sampai tumbuh besar, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik. Dampak stunting dalam jangka pendek dapat berupa penurunan kemampuan belajar karena kurangnya perkembangan kognitif. Sementara itu dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup anak saat dewasa karena menurunnya kesempatan mendapat pendidikan, peluang kerja, dan pendapatan yang lebih baik. Selain itu, terdapat pula risiko cenderung menjadi obesitas di kemudian hari, sehingga meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan lain-lain.

Adapun cara pencegahan stunting pada balita yaitu pada saat masih di dalam kandungan
dengan cara penuhi nutrisi pada saat hamil , menjaga kebersihan , memakan sayur dan buah-buahan , dan kosultasi dengan tim kesehatan .

pada saat anak sudah lahir , beri kebutuhan bayi dengan optimal selama 1000 hari pertama atau sampai usia 2 tahun . Berikan asi ekslusif pada 6 bulan pertama , jika asi tidak mencukupi bisa di tambah dengan susu formula , susu formula juga baik untuk mencegah gizi buruk . Berikan susu sesuai dengan kebutuhan anak . susu yang di rekomendasikan adalah yang mengandung 50% protein , omega 3 , 6 , & DHA , probiotik , lemak nabati dan juga bebas laktosa .

Setelah 6 bulan pemberian asi , bayi bisa di berikan makanan pendamping asi (MPASI) seperti bubur halus dan buah yang sudah di haluskan . selalu menjaga kebersihan lingkungan , berikan makanan nutrisi seimbang , pantau tumbuh kembang anak , lakukan imunisasi rutin , memberi suplemen dan vitamin . dan selalu konsultasi dengan tim pelayanan kesehatan agar menambah edukasi orang tua .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun