Hanya yang kuat yang bertahan hidup.
Sepertinya itu pernyataan yg tepat untuk fenomena kemajuan teknologi terutama di bidang IT (Information Technology) saat ini. Tak salah rupanya seorang Charles Darwin membuat kata sakti tersebut meskipun berada pada jaman yg jauh berbeda, nyatanya pernyataan tersebut masih relevan hingga saat ini.
Berbicara mengenai dunia IT memang tidak akan ada habisnya, terlebih sang pelaku yg membuatnya adalah manusia yg sebagaimana makhluk paling sempurna yg diciptakan Tuhan ke alam dunia. Memiliki akal pikiran sehingga mampu menciptakan sesuatu yg bersifat pemikiran maupun benda untuk menunjang aspek kehidupan. Biasanya setelah ada penciptaan suatu hal, akan berlanjut pada terobosan yg lebih canggih dari yg sudah ada sebelumnya. Lalu apa hubungannya antara 'hanya yg kuat yg bertahan hidup' dengan 'IT'?? Baiklah saya akan coba melucuti satu demi satu fenomena ini tanpa bermaksud menggurui, karena uraian ini diambil berdasarkan yg saya amati sehari².
Telepon
Masih belum hilang dari ingatan saya ketika kami sekeluarga baru saja memasang telepon rumah. Saya dan adik saya selalu bersemangat sampai lari terbirit² bila ada telepon masuk (noraknya!). Operator juga seringkali memberlakukan promo diskon pemakaian di jam² tertentu. Maka tak jarang bila ingin menelepon saudara yg jauh untuk SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) dilakukan pada malam hari atau subuh. Untuk sarana publik, operator menyediakan telepon di tempat umum baik itu telepon koin maupun kartu. Ketika telepon umum dirasa kurang nyaman bagi pengguna, maka muncul lah warung telepon atau yg biasa disebut wartel. Namun seiring waktu dan perubahan gaya hidup dalam berkomunikasi, lahirlah ponsel dengan berbagai macam merk yg kompetitif harganya. Tak sampai disitu, beberapa operator menjual kartu perdana yg sangat terjangkau. Padahal sebelum maraknya penggunaan ponsel, jangan harap bisa mendapat kartu perdana dengan harga murah karena dulu harganya mulai dari ratusan ribu rupiah. Semenjak fenomena penggunaan ponsel makin tinggi, nasib wartel perlahan² mulai redup karena biaya telepon lewat ponsel yg ditawarkan beberapa operator makin murah. Lantas bagaimana nasib telepon rumah? Beruntung masih bisa terselamatkan, setidaknya masih ada pelanggan terutama perkantoran yg memakai jasa ini.
Komputer
Dahulu generasi orang tua kita familiar dengan mesin ketik, piranti tanpa listrik ini pada jamannya digunakan di perkantoran. Beruntung hingga saat ini mesin ketik masih digunakan, khususnya di instansi pemerintahan seperti kantor kelurahan dan kecamatan. Tetapi beda halnya dengan lembaga swasta yg mayoritas sudah menggunakan komputer desktop. Di beberapa rumah juga orang sudah biasa mempunyai komputer. Seiring kemajuan teknologi dan kebutuhan pengguna akan kepraktisan, lahirlah beberapa merk komputer jinjing atau laptop. Sekitar 5 tahun kebelakang mulai dari para profesional sampai mahasiswa mulai menjinjing laptop kemanapun ia pergi. Biasanya mereka mencari sinyal wireless untuk mengakses internet di tempat² tertentu yg sudah lazim banyak ditemukan. Tidak puas sampai disitu, trend sekarang berpindah ke bentuk komputer tablet. Dimensi yg berukuran + 9 x 7 inchi dan berat tak sampai lebih dari 1 kg ini, semakin diminati banyak orang sebagai gaya hidup. Hingga sampai pada anak balita pun bisa menggunakannya hanya dengan cukup menyentuh layarnya. Sehingga untuk bepergian orang lebih memilih tablet, terutama bagi mereka yg hanya ingin sekedar mencari hal yg bersifat just fun. Karena walau bagaimanapun fungsi komputer pada desktop maupun laptop masih sangat dibutuhkan hanya saja beberapa fungsinya sedikit teralihkan oleh tablet.
Internet
Ingat internet ingat warnet, tapi itu dulu. Coba kita lihat sekarang sudah jarang sekali ditemui warnet, kalau pun ada itu sebagian besar beralih fungsi ke game online. Untuk sekarang ini, bila warnet hanya menawarkan jasa internet, bisa jadi tidak akan laku atau keuntungannya sedikit bahkan tekor untuk konsumsi listrik dan sewa tempat dengan jumlah pengunjung yg sedikit. Anggap lah lahan ini sudah tidak menarik lagi di mata orang karena tergantikan dengan game online, namun secara tidak langsung itu dipengaruhi oleh perubahan perilaku orang dalam menggunakan internet. Saat ini orang sudah melakukan kegiatan berselancar di dunia maya hanya lewat sebuah ponsel. Berinteraksi dengan social media sudah bisa dilakukan dengan tipe ponsel GSM sederhana. Bila ingin mengakses lebih dari sekedar itu, ada desktop atau laptop dengan cukup membeli sebuah modem yg sudah terjangkau harga dan biaya pemakaiannya.
Fotografi
Masih ingatkah dengan kamera tustel? Kamera yg berisi film negatif yg kemudian dicetak melalui proses pencucian foto. Coba sekarang cari tustel di outlet² kamera, mungkin sudah jarang atau bahkan sudah tidak ada lagi yg menjualnya karena sekarang sudah jamannya digital. Yah kamera tustel tergantikan oleh kamera digital, baik itu untuk jenis pocket maupun bagi yg sudah pro menggunakan DSLR (Digital Single-Lens Reflex). Bisa jadi juga lahan fotografi ini akan direbut oleh Instagram, yg mulai marak digunakan orang² yg menggunakan smartphone merk tertentu. Suatu aplikasi yg terdapat pada suatu smartphone yg bisa memanipulasi hasil foto menjadi terlihat bagus dengan berbagai macam efek. Tak perlu les atau mempunyai kamera besar dengan lensa panjang, dengan alat sekecil ponsel, hasilnya tidak jauh berbeda. Bila sudah begini, lahan fotografer yg mempunyai akademi les maupun jasa bisa berkurang ordernya he-he. Jangan lupa, jasa fotografer polaroid yg biasa dijumpai di tempat wisata pun sudah merasakan imbasnya.
Tidak bisa dipungkiri kemajuan suatu jaman pasti beriringan dengan yg namanya perubahan perilaku, salah satunya soal teknologi. Dalam hal ini, dari perubahan sejumlah orang yg saya amati dalam menggunakan perangkat IT adalah mencari suatu kebutuhan, kepraktisan, gaya hidup dan tentunya ditunjang dengan kemampuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H