Kemarin sore (12/3) sepulang bekerja dari arah Jakarta, saya tiba di Terminal Baranang Siang - Bogor tepatnya pukul 17.30 WIB . Ini biasa saya jalani dengan menggunakan moda transportasi Bus AKAP (antar kota antar propinsi) dari rumah menuju tempat bekerja yg terletak di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Turun dari bus saya lanjut naik Angkot 03 jurusan Br. Siang - Laladon yg sedang ngetem untuk mencari penumpang. Tak lama angkot pun melaju karena tempat duduk sudah terisi penuh. Dalam perjalanan ada seorang bapak yg ngedumel sendirian, tingkah ini biasa saya lihat di angkutan umum. Beruntung ada yg meladeni si bapak tersebut, yaitu penumpang di sebelahnya yg hanya menganggukkan kepala dan sesekali melemparkan senyum.
Sesampainya di Jl. Otto Iskandardinata, ada 2 orang polisi sedang bersiaga sambil ngobrol² santai dengan memegang HT (handy talky). Kemudian si bapak yg ngedumel itu berbicara lagi, tidak jelas memang apa yg dia bicarakan namun sepertinya saya menangkap dia membahas polisi yg sedang siaga tersebut untuk memantau keadaan selama Presiden ada di Bogor.
Ketika angkot tiba di lampu merah Tugu Kujang, saya perhatikan lancar tanpa ada satu pun angkot yg ngetem seperti biasanya. Saya pun berkesimpulan bisa jadi Pak Presiden sedang ada di Istana Bogor. Biasanya daerah lampu merah Tugu Kujang selalu dipenuhi sejumlah angkot yg ngetem, walaupun lampu sudah menyala hijau dan mirisnya disana ada pos polisi. Seringkali juga banyakgepeng berkeliaran dan sekumpulan anak punk yg mengamen, namun pada sore itu semua steril.
Melewati sekeliling daerah Istana dan Kebun Raya nampak beberapa petugas polisi bersiaga dengan mobil patwalnya. Di Pintu-1 Istana juga terlihat barisan protokoler Polisi Militer siap menyambut Presiden di dalam area Istana. Setelah angkot menjauh dari area Ring seputar Istana saya menemui kembali beberapa pengamen dan pedagang kaki lima, potret sesungguhnya Kota Bogor. Rupanya ini menandakan sudah diluar Ring pengamanan dan tak mungkin juga Presiden ke arah ataupun muncul dari sini.
Andaikan saat Presiden datang semua tidak dibuat² untuk nampak rapih dan bersih, bisa jadi Presiden akan menegur pihak terkait soal kesemrawutan Bogor di titik² tertentu. Mungkin niat pihak yg terkait ingin menyambut tamu dengan baik terlebih yg datang adalah seorang Presiden. Namun apakah pihak tersebut lupa kalau masyarakat biasa seperti saya ini juga disebut tamu? Kalau saja Presiden diperlakukan terus seperti ini, bisa jadi Presiden menilai Bogor seperti apa yg dilihat, nampak rapih dan bersih sehingga Bogor hanya akan nampak seperti itu bila Beliau datang dan pada akhirnya tidak ada keberlanjutan untuk menjadikan Bogor yg rapih dan bersih setiap saatnya.
Berharap sekali pihak terkait seperti Kepolisian, DLLAJ dan Pemerintah Daerah ada keseriusan untuk membenahi kesemrawutan yg kompleks ini, tidak hanya bila ada momen pejabat datang atau kampanye pilkada saja. Kalau semuanya tertib kan kita semua ikut menikmatinya juga bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H