Mohon tunggu...
MULYATI
MULYATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

menulis adalah menciptakan ruang untuk mencurahkan segala ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengawal Masa Pubertas Anak "Zaman Now"

31 Agustus 2018   08:20 Diperbarui: 31 Agustus 2018   08:36 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"******* kamu mau putus tida

kalau tidak oke tapi kamu cepat

menikahi aku kalau tidak aku gamau

pacaran sama kamu"

Begitulah bunyi sepucuk surat yang ditulis oleh seorang siswa SD kelas 4. Surat tersebut ditemukan guru pada saat jam pelajaran berlangsung. Ada perasaan geli sekaligus miris yang dirasakan oleh para dewan guru ketika sang wali kelas menyampaikan berita tersebut. Kemudian muncul pertanyaan besar dalam benak saya pribadi, bagaimana bisa seorang siswi SD sudah berani menanting sang pujaan hati untuk menikahinya?

Berkaca pada masa silam sekitar empat belas tahun yang lalu saat dimana saya sendiri duduk di bangku sekolah dasar (SD), rasa-rasanya kok jauh sekali perbedaan arti pubertas bagi kami. Dahulu, cinta monyet kepada teman saja sudah bikin salah tingkah luar biasa tanpa mampu mengungkapkannya pada yang bersangkutan. 

Nah hari ini, cinta monyet tersebut dengan gamblang diungkapkan seolah dunia hanya milik berdua. Mungkin yang lain dianggap ngontrak wkwkwk. Tanpa malu-malu di dalam kelas pun dua siswa yang tengah dimabuk asmara itu saling mengagumi satu sama lain. Sudah layaknya bintang sinetron yang hari ini sangat mudah kita jumpai.

Lingkungan memang bukan satu-satunya faktor yang bisa mempengaruhi sikap seseorang. Walaupun siswa sekolah dasar yang menurut teorinya Piaget bahwa anak 7-12 tahun masih dalam tahap operasional konkret. Apa pun yang mereka lihat akan menjadi role model dalam kehidupannya di masa depan. Akan tetapi kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan keadaan lingkungan dengan segala macam bentuk perkembangannya. Karena bagaimanapun lingkungan tetap kita butuhkan sebagai pranata sosial setelah keluarga.

Maka yang hendaknya kita tekankan pada anak-anak adalah untuk bisa selalu mengontrol apa pun yang dilakukan dan disaksikan oleh anak. Misalnya mendampingi anak ketika nonton televisi. Sebagai orang tua yang lebih banyak bertemu dengan anak, jangan pernah membiarkan anak larut nonton sinetron tanpa pengawasan sama sekali. Boleh saja sesekali melihat sinetron, namun di sela-sela nonton sambil dijelaskan sikap mana yang baik dan mana yang tidak pantas. Ajaklah anak untuk mendiskusikannya. Syukur-syukur anak mau diganti tontonannya pada chanel yang lebih sesuai dengan umur.

Kontrol keluarga dan orang tua memang sangat penting dalam mengawal perkembangan anak memasuki masa pubertas. Hal ini penting mengingat kita sendiri sebagai orang tua tidak mungkin akan selalu bisa mengawasi pergaulan sang anak ketika di luar rumah. Ibaratnya, didikan orang tua di dalam rumah sebagai colostrum yang akan menjadi sistem imunitas mental sanak ketika di luar rumah.

Bagi orang tua juga harus memahami bahwa tugas mereka bukan sekedar mencari nafkah untuk memenuhi sandang, pangan dan papan bagi anak. Kebutuhan sisi psikologis anak dalam menghadapi masa-masa labil (pubertas) sangat diperlukan. Agar kelak bisa menjadi anak yang sukses dalam menghadapi kegalauannya di masa puber dan mampu memanaje diri dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun