Mohon tunggu...
Hilman Mulya Nugraha
Hilman Mulya Nugraha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Coba menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Seorang Ibu dan Uang Seratus Ribu

24 Juli 2015   23:04 Diperbarui: 24 Juli 2015   23:19 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat dengan uang seratus ribu berbahan plastik dengan gambar bunga? Saya punya cerita yang mungkin agak bodoh tentang uang tersebut.

Sepuluh tahun lalu (2005), saya lulus dari masa putih abu-abu. Saat itu, saya pun memutuskan untuk ikut tes masuk perguruan tinggi negeri. Pilihan saya waktu itu kampus Universitas Padjadjaran (Unpad).

Era tahun 2015, tes masuk perguruan tinggi bernama SPMB 2005 (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Dan saya bisa lolos masuk kampus Unpad lewat tes tersebut.

Masuknya saya ke salah satu jurusan di Unpad tidak lepas dari dukungan saudara dan juga teman, bahkan ibunya seorang teman.

Ceritanya, saya diberi uang Rp 100 ribu oleh ayah saya. Uang yang dikasih adalah uang 100 ribu gambar bunga seperti yang ada di gambar. Sementara pendaftaran adalah Rp 125 ribu. Untung saya bisa mendapatkan sisanya.

Yang menarik adalah ketika saya naik sepeda sambil memasukan uang Rp 100 ribu tersebut di saku celana, hujan turun. Sampai di rumah, saya pikir uang tersebut kebasahan.

Apa yang saya pikirkan ketika melihat uang basah? DiSETRIKA.

Itulah yang biasa saya lakukan kalau memiliki uang yang terkena air.. Uang Rp 100 ribu yang saya pikir kebasahan tersebut juga diperlakukan hal yang sama.

Tanpa pikir panjang, saya setrika tuh uang Rp 100 ribu. Hasilnya? Uang tersebut mengkerut.

Saya baru sadar kalau uang bergambar bunga tersebut terbuat dari plastik. Tidak seperti uang kertas lain yang kebasahan, kemudian disetrika menjadi kering.

Jujur saat itu, saya antara ingin tertawa tapi menderita. Betapa bodohnya saya. Hampir saya tidak bisa ikut ujian karena uang yang akan saya gunakan mendaftar ujian SPMB mengkerut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun