Kadang aku pingin lari gitu dari sini. Pingin menyeberangi pulau ini dan menemui Mas Sori di Bandung sana. Kami jauh raga tapi dekat hati. Ya Tuhan. Mohon tuntun hamba ke jalan bahagia. Berkali-kali aku bilang mau lari saja dari rumah. Tapi Mas Sori selalu melarangku. Apa dayaku. Orang yang paling kucinta kini menyuruhku sabar. Ya aku manut lah.
"Jangan ngawur Mavi sayangku. Tunggulah di Samarinda. Aku yang ke sana di waktu yang tepat. Sabarlah sayang," katanya dulu. Aku tenang kalau dia sudah bilang begitu.
Aku bahagia hanya dengan diumpan janji begitu. Sama dengan dulu saat SMA, dia pergi pipis ke kamar mandi dan aku diam-diam mengekor. Aku tahu Mas Sori lewat di depan kelasku untuk ke toilet. Lalu di lorong toilet yang sunyi dia merasa aku membuntuti maka dia mengerem. Dan saat itu aku diberinya ciuman. Manis. Lama. Takut. Aku diam dan dalam hati berterima kasih padanya. Tapi apa itu bentuk Mas Sori mengutarakan cinta padaku? Aku yakin iya. Lalu kami berpisah setelah itu. Mas Sori kuliah di UIN dan aku ikut Ibu ke pulau ini lalu aku dinikahkan. Dan aku merana malam ini.
Bagaimanapun kini aku rindu Mas Sori. Kamu coba bayangkan gimana rasanya jadi aku. Aku kangen kamu Mas Sori. Cepatlah jemput aku, Mas.
Oiya, Mas Sori itu orangnya nyenengin. Ngangenin. Aku sangat suka cara dia memperlalukan aku. Aku selalu terkesima dengan caranya mencintaiku. Sejak dulu. Dulu tahu-tahu di dalam tas cangklongku ada mawar merah. Tahu-tahu ad cokelat dengan sobekan kertas yang dibubui puisi. Seneeeeng rasanya.
Kini pun aku ya seneng. Tahu-tahu ada gamis cantik melayang dari Bandung ke Samarinda. Di lain waktu juga dipaketkan kerudung, sepatu, tas, dan pil anti hamil buatku. Ini yang aku tanyain, kok pakai pil anti hamil segala. Hehehe... Katanya biar aku nggak hamil lagi sama suamiku. Ada-ada aja. Padahal aku memang tak tak pernah disentuh suamiku sejak 4 tahun lalu.
"Jangan hamil lagi ya sayangnya orang. Mohon jaga diri kamu."
Aku menyanggupi permintaan mas Sori itu. Jahat nggak sih aku. Ah. Embuhlah!
Aku teramat sayang pada Mas Sori. Dia kini makin gemukan. Kariernya gemilang. Dan tampannya persis semasa SMA dulu. Hanya lebih gemukan aja.
Oiya. Aku ini yang suka jahat sama Mas Sori. Ceritanya gini. Kalau kami lagi teleponan dan tahu-tahu suamiku datang, maka aku dengan tangkas bilang ada macan. Ada macan! Dan kami sudahan teleponnya, seketika itu, bagaimanapun serunya, bagaimanapun mesranya kami teleponan.
Ya meskipun dia kadang nyebelin juga. "Donat gula," ucap Mas Sori lalu mutusin telepon kami, seketika itu, bagaimanapun serunya, bagaimanapun mesranya kami.