Hal-hal di atas semakin memperkental penyebutan kampung saya ini sebagai kampung payet.Â
Keberadaan industri payet ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi para warga di kampung-kampung ini. Dari mulai penjahit hingga ibu-ibu rumah tangga yang dipekerjakan untuk menempelkan payet. Bagi ibu-ibu rumah tangga, kegiatan menjahit payet ini sedikitnya bisa membantu ekononi keluarga. Pekerjaannya yang bisa dijerjakan di rumah masing-masing membuat mereka bisa bekerja sambil mengerjakan tugas-tugas rumah tangga.
Proses pengerjaan baju kebaya payet ini sampai selesai memang memakan waktu cukup lama. Satu pcs baju saja pengerjaannya bisa sampai satu minggu atau lebih. Proses yang paling lama terletak pada pemasangan payet-payet. Itu dikarenakan pengerjaannya tidak bisa memakai mesin seperti dalam proses menjahit.Â
Tak heran jika satu pcs baju kebaya ( rok dan baju atasan) Â bisa berharga sampai 2 jutaan atau lebih. Â Itu pun baju yang hanya berkualitas sedang ( bukan butique). Karena memang rata-rata baju yang diproduksi di kampung-kampung ini adalah baju kebaya yang berkualitas sedang.Â
Jangkauan pemasaran kebaya payet ini bermacam-macam. Â Ada yang disuplaikan ke pusat-pusat perbelanjaan, semisal Pasar Baru Bandung, atau pasar Tanah Abang Jakarta, dan ada juga yang ke daerah Jawa Tengah, Â Jawa Timur, Â atau bahkan ke luar Jawa.
Banyak di antara mereka yang selalu berangkat memasarkan barang-barang mereka dengan menumpangii kendaraan secara bersama-sama. Mungkin hal ini untuk mengirit ongkos perjalanan.Â
Namun seiring menjamurnya sistem ekonomi digital,  saat ini sudah banyak para pengrajin kebaya payet yang memasarkan barang mereka dengan cara online. Kerap kali mereka memposting photo-photo kebaya mereka baik itu di media-media sosial mau pun  di toko-roko online.
Sistem pemasaran online sangat membantu mereka-mereka yang modalnya terbatas. Jika dengan sistem pemasaran konvensional dibutuhkan modal besar karena harus memproduksi dengan jumlah banyak, dalam sistem online, cukup dengan membuat beberapa baju saja sebagai sample yang photo-photonya bisa dipajang di berbagai media sosial atau toko-toko online.
Bahkan ada juga yang hanya bermodal quota data saja, Â karena mereka mengerjakan pembuatan produknya berdasarkan pesanan, Â biasanya pemesan selalu mentransfer uang DP dulu, Â yang itu bisa digunakan untuk modal bahan dan pengerjaan. Kemudian setelah bajunya selesai dan siap dikirim, Â si pemesan akan mentransfer sisa uang sesuai dengan harga yang ditentukan, Â setelah itu baru kemudian barangnya dikirim. Praktis cara penjualan seperti itu bekerja dengan modal yang sangat minimal bahkan bisa dikatakan nol.Â
Proses pengiriman barang dalam sistem online tidak bisa dilepaskan dari adanya jasa kurir pengiriman.  Salah satunya adalah JNE. Keberadaan JNE sangat membantu para pengrajin  kebaya payet terutama yang memakai cara online dalam proses pengiriman barang ke berbagai daerah. Tidak hanya di seputaran kota-kota di sekitar,  tapi juga sampai ke pelosok-pelosok di seluruh wilayah Indonesia. JNE telah membuat kebaya-kebaya payet buatan pengrajin di kampung saya, kampung Bantargedang,  Ciburial dan lainnya menyebar ke seantero Nusantara.
Ke depan diharapkan industri kerajinan kebaya payet ini semakin berkembang dan mampu menjadi sumber penghidupan yang layak bagi banyak warga di kampung-kampung ini. Terutama bagi warga-warga yang tingkat ekonominya masih lemah, sehingga tidak hanya dinikmati oleh para pelaku usaha yang bermodal besar saja. Mungkin perlu ada peran dari pemerintah terutama bupati atau yang lebih dekat lagi adalah kepala desanya.Â