Baju Lebaran Untuk Flo
Aku benci saat-saat mendekati lebaran seperti ini. Agni pasti sibuk menjahit baju-baju lebaran untuk Flo, putri bungsu kami. Sejak pagi hingga malam, dia bakal terus berkutat dengan mesin jahit, kain aneka motif, benang, pita-pita dan renda. Baru berhenti setelah tujuh baju selesai dibuat. Dan selama itu pula, aku pasti dinomorduakan. Tidak ada satu pun ucapanku yang akan didengarnya, apalagi dituruti. Menyebalkan sekali!
Malam ini, satu baju berpotongan babydoll selesai dibuat dan tampak sangat sempurna. Agni mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu mendekap dan menciumi baju warna merah muda itu. Senyum puas mengembang di wajah istriku. "Flo pasti suka baju motif polkadot ini. Lebaran nanti, dia bakal punya tujuh baju lebaran. Luar biasa, kan?" ujarnya bangga.
Aku mengangguk, membiarkan dia bahagia dengan caranya sendiri. Pasrah. Entah harus dengan cara apa lagi, aku menyadarkan istriku itu. Memberitahunya, bahwa siapa saja yang telah menghadap Allah, tidak butuh baju lebaran. Begitu juga Flo, batita kesayangan kami. Tiga tahun lalu, si kecil tercebur ke dalam sumur timba di belakang rumah. Saat itu, Agni tengah sibuk menjahit baju-baju lebaran untuk orang lain.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H