Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Dua Rindu

23 Juni 2020   14:32 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


#Dua Rindu
Oleh: Ika Mulya

Menangis. Ya, manalah sanggup kutahan tangis, ketika rindu begitu kejam merajam jiwa. Biar saja air mata rebas bebas! Biar luruh bersama ketidakberdayaan! Sungguh, tak pernah aku merasa senelangsa ini, hanya sebab rindu. Bahkan sepenggal senja saja, tak juga mampu kuupayakan menjadi titik persuaan, seperti sedia kala. Pandemi sialan!

"Baru saja Bang Zaki video call, dia tak bisa pulang. Rumah sakit masih membutuhkannya, entah sampai kapan. Sedih sekali aku, Dek. Kau temani Kakak di sini, ya. Jangan dulu kembali ke rumah ayah," pinta Kak Hanna yang tiba-tiba masuk. Dia duduk, lalu memelukku dari samping. Terisak-isak. Bahuku basah karena air matanya.

Hei, tak cuma kau yang dirundung rindu, Kak! Lihat juga air mataku ini! Bahkan jatuh lebih deras. Ah sayang sekali, aku hanya bisa merutuk dalam hati. Tidak mungkin berkata bahwa aku juga merindukan suaminya. Ingin sekali berjumpa Bang Zaki, mengulang pertemuan-pertemuan rahasia. Sekadar melarung selaksa desah atas nama cinta.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun