Mohon tunggu...
Akbar Mulyadi
Akbar Mulyadi Mohon Tunggu... -

seorang manusia yang berprofesi sebagai guru dan senang mengamati gerakan sosial di tiap lapisan masyarakat di negeri tercinta ini. Terima kasih Kompasiana sudah menjadi media menulis yang efektif bagi penulis wannabe seperti saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Berita Indonesia Mengabarkan Romantisme Guevara

17 November 2014   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita tentang romantisme Ernesto "Che" Guevara benar-benar harus dipertanyakan, mengapa media seperti Tribun Pekanbaru mempromosikan seorang komunis, yang mengawali kariernya dengan menyergap pasukan patroli dan membunuh pemuda desa yang sedang melaksanakan tugas negara. Che bukanlah pahlawan. Dia adalah produk pada zamannya.

Saat Che terbunuh, dia sedang diburu serta kekurangan makanan dan dukungan. Tak ada pemberontakan oleh para petani, tak ada penggulingan terhadap pemerintah Bolivia, dan tak ada yang benar-benar peduli jika dia terbunuh atau tidak. Satu-satunya yang membuat Che terkenal adalah kematiannya, bukan kehidupannya.

Keputusan untuk membunuhnya sebenarnya adalah perhitungan politis yang salah karena mesin propaganda komunis membuatnya terkenal. Namun, pembunuhan itu sebenarnya bukan tanpa konsekuensi. Dia seorang revolusioner gagal. Tidak kurang, tidak lebih.

Sepertinya kekaguman terhadap Che ini yang mendasari pemuatan artikel oleh penulisnya. Kenapa? Apakah sebuah tugas mulia, berjuang untuk sebuah ideologi yang ditulis seorang warga negara Jerman dalam pengasingan, sekaligus teori yang menciptakan monster seperti Stalin, Mao, atau Khmer Merah? Sepertinya si penulis sudah lupa pahitnya pembersihan masyarakat, polisi rahasia, dan kediktatoran yang sudah komunis ciptakan?

Atau apakah karena Tribun Pekanbaru mengagumi Che dan berpikir bahwa komunis adalah solusi untuk Indonesia? Kenapa media malah mengikuti gagasan Che Guevara yang dengan revolusi foco-nya berusaha memulai revolusi di tempat yang relatif damai? Apakah Anda berpikir, memulai revolusi di bawah ideologi yang gagal, Anda akan menemukan keselamatan yang Anda cari?

Ernesto "Che" Guevara adalah tokoh sejarah yang tragis. Dia meninggal dalam kemiskinan, kekurangan gizi, dan tak punya kesuksesan politik selain kematiannya yang dielu-elukan pengikut aliran komunis. Dia tidak membangun apa pun, tidak menciptakan warisan abadi selain foto berwarna dirinya berbaring di lantai beton dingin dan dipamerkan seperti seonggok daging. Mungkin lebih baik mempromosikan Indonesia daripada bermimpi tentang si komunis yang sudah mati.

http://www.tribunnews.com/member/guruakbar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun