Mohon tunggu...
Mul Sugaryo
Mul Sugaryo Mohon Tunggu... -

Pencarian tiada akhir tentang diri dan hakikatNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah Kejujuran yang Memprihatinkan, di Pilkades Kabupaten Tangerang

14 Juli 2013   18:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:33 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rusuhnya keributan dari massa pendukung di PILKADES kota dan kabupaten manapun, kerapkali memberikan pembelajaran berharga kepada masyarakat dan juga pemda setempat untuk berhati-hati dalam melalui tahapan demi tahapan pesta demokrasi tersebut.

Seringnya politik uang , tidak terhindarkan pasti selaluada, dan akan ada terus, untuk meraih suara sebanyak-banyaknya dari kandidat yang terkuat dalam keuangan.Selama mengikuti prosedur yang benar, dan sesuai aturan main, masyarakat pasti menerima hasil akhir Pilkades tersebut sebagai kemenangan bersama yang patut disyukuri.

Namun, yang terjadi di Desa Cibogo ,Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten sama sekali tidak mencerminkan semangat demokrasi dan keinginan bersama dari masyarakat Desa itu. Docin, 25 tahun, warga desa Cibogo melaporkan kepada wartawan Minggu 14/7 , saat pencoblosan dirinya sudah dipanggil untuk melakukan pemilihan ,tapi, selang beberapa jam, namanya dipanggil kembali untuk melakukan pencoblosan, bahkan panitia menganjurkan untuk “ lakukan saja” pencoblosan itu.

Lain halnya dengan Yeni 22 tahun, warga desa Cibogo, saat dirinya sudah memenuhi panggilan panitia PILKADES , tapi, dirinya menerima kenyataan berkas dokumen pemilihan malah sudah tercoblos duluan, spontan dirinya berang, dan mengatakan secara keras “ bagaimana mungkin saya sudah memilih, jari tangan saya-pun belum ada cap biru, kok, dianggap telah memilih..” ujar tandas Yeni kepada wartawan Minggu 14/7 di Cisauk-Kabupaten Tangerang.

Usut punya usut, hasil Pilkades Cibogo yang diselenggarakan 30 Juni 2013 yang lalu, kini memulaikisruhnya.Pasalnya Kades terpilih desa itu ternyata diduga tidak memiliki ijazah SLTP atau sederajat. H. Ujang Syafrudin yang memenangi pilkades hanya mengantongi surat keterangan hilang ijazah SLTP dari kepolisian. Jika dugaan ini benar dirinya bakal menghadapi sanksi hukum pidana (KUHP Pasal 263) dengan ancaman 6 tahun penjara.

Sebagaimana telah diketahui, Kabupaten Tangerang secara serentak menyelenggarakan pilkades 30 Juni 2013. Dimana diantaranya desa Cibogo kecamatan Cisauk. Dari perhelatan itu H. Ujang Syafrudin dinyatakan memenangkan Pilkades dan mengungguli lima pesaingnya. Sungguhpun selisih antara pemenang dan runner up hanya 38 suara.

Namun bukan perbedaan selisih suara yang di permasalahkan para tokoh masyarakat Cibogo, melainkan banyak saksi mata dan saksi hidup yang mengetahui bahwa H. Ujang sekolah di SMP hanya sampai kelas 2, dan saat itu sempat berurusan dengan pihak yang berwajib terkait kasus pencurian. Semenjak itu tidak ada yang pernah melihat dirinya sekolah kembali hingga mencalonkan diri sebagai kepala desa.

Aneh tapi nyata. Orang yang diduga tidak memiliki ijazah, oleh polisi dinyatakan ijazahnya hilang. Dan polisi juga yang membuatkan surat keterangan hilang kata H. Agus Bram. Ada dugaan kuat bahwa hal ini adalah upaya sistematis untuk meloloskan niat orang tertentu menjadi kepala desa di Cibogo dengan motif uang.

Di kepanitiaan pilkades desa Cibogo termasuk yang paling semrawut. Daftar pemilih tetap (DPT) pun tidak tersusun rapih. Hingga dari jumlah DPT 9791, para calon hak pilih sangat sulit untuk mendapatkan haknya. Sehingga sampai pencoblosan ditutup pada pukul 18.30 masih lebih dari 3000 hak pilih yang tidak diberikan hak suaranya. Bahkan ada tumpukan undangan hak pilih yang sudah masuk meja panitia juga tidak diberikan hak pilihnya, kata RT Joni.

Ketua panitia pilkades desa Cibogo Cecep Saiful Anwar yang dihubungi via telepon tidak mau memberikan jawaban. Bahkan ketika di temui di rumahnya tidak ada di tempat. Penghuni rumah hanya mengatakan Bapak sedang keluar. Dan ketika ditemui di kantor sekretariat Pilkades, terlihat sepi dan pintu kantor tertutup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun