Mohon tunggu...
Mulla Kemalawaty
Mulla Kemalawaty Mohon Tunggu... -

Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Terakhir Momiji

31 Desember 2013   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:19 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_312566" align="alignleft" width="300" caption="Momiji, akhir yang indah. Fotografi: Hesti Meilina"][/caption] Musim gugur di Jepang adalah musim yang sangat indah. Dunia seolah berselimut daun warna-warni, merah, hijau, kuning. Suhu yang mulai sejuk pun seolah mengajak kita untuk berjalan-jalan menikmati alam. Di antara semua daun, ada satu daun yang bentuk dan warnanya sangat cantik. Momiji namanya. Metmorfosa warnanya mulai dari hijau, kuning, merah sangat memikat hati. Di antara semua warna, merahlah yang paling dicari orang. Yang membuatku takjub adalah momiji berwarna merah menjelang akhir hidupnya. Semakin mendekati kematian, dia akan semakin indah. Dan dia gugur dalam keadaan yang sangat indah. Aku ingin seperti momiji. Di sisa hidup memancarkan pesona yang terakhir kali. Membawa manfaat bagi orang banyak. Dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Itu pintaku ya Robb. [caption id="attachment_312569" align="alignright" width="300" caption="Gradasi hijau-kuning, juga menawan"]

13884568291191572075
13884568291191572075
[/caption] Dan yang membuatku tak kalah takjub, setelah gugur ke tanah pun, momiji masih menebarkan manfaat. Walaupun sudah layu dan kering, namun masih bisa dijadikan pupuk atau kompos. Aku pun ingin sepertimu, setelah meninggalkan dunia yang fana ini, jejakku masih dikenang orang. Melalui tulisan-tulisan yang masih bisa dinikmati oleh anak cucu. Melalui ilmu-ilmu yang diajarkan. Juga melalui sedekah jariyah ya ditebarkan. Melalui manfaat yang bisa diraih oleh orang banyak. Semoga ya Allah. Momiji, adalah untaian filosofi yang teramat mahal. Darimu aku belajar arti kehidupan. Darimu kebelajar arti memberi, tak hanya meminta. Terima kasih momiji. Terima kasih karena telah menyadarkanku, betapa Maha Kuasanya Penciptamu. Betapa Maha Tinggi dan Maha Agungnya Dzat yang menciptakanmu. Subhanalaah. Sungguh, aku tersungkur menyadari ke-Maha Besaran diri-Nya. [caption id="attachment_312575" align="aligncenter" width="300" caption="Setelah gugur pun masih indah"]
13884573791038953625
13884573791038953625
[/caption] [caption id="attachment_312577" align="aligncenter" width="300" caption="Jejak ke-Maha Besaran Allah"]
13884574451352437815
13884574451352437815
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun