Tapi kalau punya jiwa mandiri, kamu bisa membuka usaha sendiri. Jadi tidak perlu mengalami penolakan sana-sini. Jadilah pengusaha!
Konsekuensi paling mengkhawatirkan adalah ketika kamu masih jomblo dengan tubuh berselimut tato. Kamu harus pandai-pandai meyakinkan calon mertua, bahwa meski bertato kamu bisa membahagiakan anaknya. Coba tembak anaknya kyai, berani gak?
Karena konsekuensi diatas itulah SAYA MEMILIH TIDAK BERTATO. Saya membiarkan tubuh saya mulus tanpa tato. Tato yang ada pada tubuh saya paling tato koreng dan bekas kutil dilengan.
Saya juga sudah bertanya pada orang pintar disebelah sana, bahwa agama melarang tubuh ditato. Katanya bla, bla, bla. Dan saya percaya ini. Â Makin mantaplah saya dalam pilihan menjauhi tato.
Saya punya beberapa teman bertato, entah kebetulan atau tidak mereka selalu bilang bahwa menyesal tubuhnya ditato. Tentu ketika pertanyaan itu disampaikan ketika mereka sudah dewasa atau telah menikah.
Bagi yang terlanjur bertato, atau bagi yang memilih jalan tato, tetaplah bahagia dengan pilihan kamu. Jadilah manusia baik dengan jiwa sosialmu, bukan karena kanvasmu.
Salam hormat dari saya yang memilih tak bertato.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H