Menghadiri event Makassar International Writers Festival (MWIF) ke-6 2016 di Kota Makassar, 18 - 21 Mei 2016, lalu. Menyisakan cerita yang ingin tertuliskan kini, dengan judul Taman Rasa Kesiangan, Â Taman Baca Yang Belakangan & Aku Yang Kepanasan. Beberapa tahun yang silam pun, saya pernah menghadiri event tersebut, dan baru-baru ini jadwal dan tempat acara pun tersebar digelar di beberapa lokasi di Kota Makassar. Benteng Fort Rotterdam kembali menjadi lokasi dari beberapa acara-acara yang digelar, begitu pula jadwal acara yang saya ikuti, Bahas Tuntas AADC 2.Â
Memasuki pintu gerbang Benteng Fort Rotterdam, panas terik di siang itu tidak menghalangi antusias pengunjung, kepanasan tak terelakkan, Â pandangan mata disuguhi keramaian sekumpulan pengunjung menanti memulai acara. Saya pun melenggang, pengunjung terlebih dahulu mengisi absensi yang telah disediakan di pos pintu gerbang, namun absensi ini sepertinya tidak mutlak diisi, siapapun boleh masuk. Selain jadwal acara yang saya ingin ikuti, rasa penasaran saya yang hadir melalui melihat foto-foto teman yang sudah ke lokasi acara memanggil saya untuk ikut mengunjungi event ini.Â
Taman Rasa Kesiangan,  bagaimana tidak?" panas terik  hadir stand taman rasa yang masih sepi dengan menu jajanan yang belum siap, bahkan stand-stand yang kosong melompong. Pengunjung pun di suguhi pemandangan sedemikian adanya persis di depan jalan setelah memasuki pintu gerbang masuk Benteng Fort Rotterdam. Taman Rasa dengan suguhan minuman es teh dingin hadir di siang itu sebagai pelengkap yang cukup menghibur pengunjung demi menghilangkan dahaga sejenak. Keluar masuk pengunjung memungkinkan pengunjung untuk bebas sejenak mencari pengisi perut, pengganjal perut di siang itu. Berbeda bagi pengunjung yang akan mengikuti Jadwal acara sore hingga malam, keramaian tak terelakkan dengan stand-stand Taman Rasa yang siap komplit tersaji.
Berjalan, berkeliling, berkumpul akhirnya di Taman baca oleh komonitas-komonitas pegiat literasi. Taman Baca yang terletak di balik bangunan pada bagian tengah Benteng Fort Rotterdam yang memungkinkan Taman Baca ini tak terlihat oleh pengunjung. Area Taman Baca ini yang menjawab rasa penasaran saya terhadap foto-foto yang di posting teman-teman. Bagaimana tidak?'' terlihat rak-rak buku yang berwarna-warni dengan aneka ragam bentuk yang di letakkan di area rumput hijau taman, pemandangan yang sangat indah dan langka di jumpai.Â
Rak buku susun, rak buku kotak, bahkan rak buku gantung beserta lampion-lampion warna-warni properti pelengkap nan cantik. Pohon-pohon Palm melengkapi suasana santai pengunjung, tikar dan kain tergelar sedemikian rupa dilengkapi dengan bantal warna-warni sebagai ruang baca terbuka. Beberapa Kemah baca pun berdiri, kursi-kursi panjang maupun pendek, seperti dipan.
Buku-buku yang tersedia, terbuka dan dapat dinikmati, dibaca oleh pengunjung bahkan dapat dibeli, sedangkan yang terbungkus pun dapat dibuka hanya untuk sekedar di baca di Taman Baca. Mobil baca hadir juga di sisi jalan Taman Baca, sehingga pengunjung  memiliki beragam pilihan yang sungguh sebuah kesempatan yang tak ingin terlewatkan. Meskipun demikian, terdengar selentingan pengunjung yang memilih berdiam diri saja dengan hanya melihat-melihat tanpa mendekat ke obyek buku, apalah daya untuk menghindari keinginan untuk memiliki buku yang disukai namun tak kuasa untuk memiliki dengan membeli. takut kecewa kata mereka. Rasa kepanasan pun terkesan, sebuah hari yang melelahkan, tanpa lupa foto bersama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H