tiitttt……tiitttt…..
1 pesan masuk
entah kau sedang marah atau terdiam
tapi tiap kali ku mendengar, membacanya
ada beribu pertanyaan yang muncul
seolah
kau meminta ku mengiyakan inginmu yang tersembunyi
memintaku mempertimbangkan jawaban
atas tanya yang telah kau ucap
barisan huruf tak bermakna itu
kadang membuatku
tersenyum dengan mata berbinar-binar
terdiam dengan kening berkerut
ataukah hanya bisu dalam hening
ku tarik nafasku berat
terasa beban menimpa hatiku oleh rasa
membentuk kelabu yang berakhir dengan derai hujan
menyisakan harapan-harapan hampa tak terjawab
kumainkan jari-jari kecilku
mengetik kata per kata
sebagai balas untukmu
dan
ku kembali larut dalam diam,
lamunku jauh, kosong
entah apa yang bermain di otakku
ku serasa berlari menuju kekinianmu
diiringi lagu tentang pelangi yang datang saat hujan reda di bulan desember
ku masih di sini,di balkon rumahku,
tempat, ku biasa membaca kembali
semua pesan darimu
berteman secangkir teh
dan seulas senyum kala langit berhiaskan warna biru keunguan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H