Juz keempat kehidupan Sri, Tentang Cinta yang terangkum dari tahun 1980 sampai 1999. Sama seperti di Jakarta, di London Sri juga tidak mempunyai tempat yang akan dituju. Dengan berbekal sedikit uang yang dia bawa, Sri menyewa sebuah penginapan murah sambil terus mencari pekerjaan di London. Karena termasuk minoritas dan bukan imigran, Sri sulit mencari pekerjaan ditambah dengan visanya yang sudah habis. Beruntung perusahaan mobil bertingkat London yang pekerjanya kebanyakan imigran dari Polandia, menerima Sri bekerja di sana. Sri yang ketika di madrasah pernah belajar mengendarai mobil, ditambah dengan Sri yang pernah membuka usaha rental mobil membuat Sri diterima menjadi sopir mobil bertingkat London. Karena telah mendapatkan pekerjaan, Sri pun menyewa sebuah apartemen milik keluarga India. Saat menjadi sopir inilah Sri bertemu dengan Hakan, cintanya. Ketika menikah umur Sri sudah 38 tahun.
      Mendapatkan pekerjaan tetap, keluarga baru, dan suami yang baik, serta mendapatkan kabar kehamilannya, kehidupan sempurna Sri tampaknya akan dimulai. Lagi-lagi, Tepat ditengah kebahagiaan menantikan anggota baru keluarga mereka, anak yang dilahirkan Sri meninggal. Sri dan suaminya memiliki rhesus yang berbeda, sehingga membuat bayi mereka tidak bertahan lama. Sri kembali teringat dengan julukan "gadis kecil yang dikutuk". Ketika lahir ibunya meninggal, dan sekarang ketika melahirkan anaknya meninggal. Sri berusaha bangkit dan berjuang menerima kenyataan tidak bisa memiliki anak tersebut. Di saat Sri berhasil menerima kenyataan tersebut, kini masalah lain menempa ketabahan Sri. Tepat setelah 2 tahun kematian anak keduanya, suami Sri juga ikut menyusul bayi-bayi mereka. Sri kembali berjuang dan bangkit untuk melanjutkan hidupnya. "Mulai besok, aku akan kembali menjadi riang. Menjadi Sri yang pertama kali tiba di kota ini, Sri yang pertama kali.... Pertama kali bertemu Hakan karim, laki-laki yang amat mencintai Sri."
Di saat Sri telah bisa menerima semua ujian yang menimpanya dan berusaha menjadi Sri yang periang, Sri kembali "melarikan diri". Sama seperti saat di Jakarta, Sri menyebutnya "hantu masa lalu". Sri hanya meninggalkan sepucuk surat untuk keluarga India yang telah menjadi keluarganya, lalu melarikan diri ke Paris. Sri juga meninggalkan semua kekayaan perusahaan milik suaminya kepada keluarga India tersebut. Lagi-lagi muncul pertanyaan, kenapa harus melarikan diri? Berbeda saat di Jakarta, di London Sri mempunyai keluarga yang mencintainya, keluarga India Rajendra Khan. Padahal Sri bisa saja berbagi masalah dan mencari solusi bersama keluarganya. Sri juga telah lama hidup dan mengenal keluarga Rajendra tersebut. Sri terkesan "mudah" untuk meninggalkan orang-orang terdekatnya.
Tempat pelarian diri Sri yang kedua adalah di Paris. Juz kelima, Tentang Memeluk Semua Rasa Sakit, tahun 2000-.... Di Kota Paris, Sri tinggal di sebuah panti jompo bernama La Cerisaie Maison de Retraite. Selama tinggal Paris, Sri mendaftar sebagai guru tari tradisional di sebuah sekolah. Berkat bakat, usaha, dan kegigihannya, Sri berhasil membawa murid tarinya keliling dunia. Grup tari mereka banyak diundang ke negara-negara lain, seperti Belanda, India, Amerika Serikat, Mesir, Australia, Turki, China, Italia, UEA, dan Singapura. Setelah pensiun dari guru tari, Sri mengisi hari-harinya dengan berkebun. Sri menyulap rooftop panti menjadi greenhouse dari bahan-bahan sederhana. Sri mempelajari tentang tanaman secara otodidak dan itu berhasil. Sri bahkan juga mempelajari tentang hukum. Dari sanalah Sri mendapatkan informasi tentang badan hukum Thompson & Co. dan mempercayakan harta warisannya kepada badan hukum tersebut.
Di Paris, Sri berusaha menerima semua ujian dan rasa sakit dengan penerimaan. Sri berusaha memeluk rasa sakit dari setiap fase kehidupannya. Di panti jompo La Cerisaie Maison de Retraite ini, Sri mendapatkan teman baru, keluarga baru, dan kehidupan baru. Tapi masih sama dengan sebelum-sebelumnya, Sri begitu tertutup dengan orang-orang yang dekat dengannya. Sri tidak pernah berbagi cerita sedih dan masa lalu dengan keluarga barunya, bahkan tentang kekayaannya. Namun, Sri membuat suatu kejutan dengan mempercayakan hartanya pada badan hukum Thompson & Co. yang terkenal prinsip-prinsipnya yang kuat. Surat wasiat yang Sri siapkan berhasil ditemukan oleh pengacara dari Thompson & Co. tersebut. Dan inilah kejutannya. Sri membagikan harta warisannya kepada setiap orang yang pernah membantunya, mulai dari temannya di Pulau Bungin, sahabatnya di Madrasah Kiai Ma'sum, hingga untuk panti jompo La Cerisaie Maison de Retraite. Pada akhirnya, inilah harga dari nilai juang Sri Ningsih, Rasa terima kasih.
Perempuan bersahaja kelahiran Pulau Bungin itu selalu penuh kejutan. Dia tidak pernah sesederhana yang terlihat. Dia adalah wanita paling kokoh, paling brilian dalam kisah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H