Mohon tunggu...
Mulia Anggraeni
Mulia Anggraeni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

suka nonfil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Obesitas terhadap Penyakit Diabetes Militus

12 Januari 2024   17:30 Diperbarui: 12 Januari 2024   17:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Obesitas merupakan masalah kesehatan serius karena melibatkan banyak faktor yang berkontribusi pada peningkatan berat badan yang signifikan. Sejak tahun 1980, jumlah orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas hampir dua kali lipat, mencapai hampir sepertiga dari penduduk dunia. Obesitas lebih umum terjadi pada orang lanjut usia dan wanita, meskipun cenderung meningkat pada semua kelompok usia dan jenis kelamin tanpa memandang lokasi geografis, etnis, atau status sosial ekonomi. Peningkatan prevalensi obesitas menjadi permasalahan global yang membutuhkan perhatian mendesak. Dalam mengatasi obesitas, dibutuhkan pendekatan yang holistik dan beragam, tidak hanya mengandalkan pengukuran BMI.

Di Kota Semarang, khususnya di Kelurahan Plalangan pada tahun 2013, prevalensi obesitas sentral pada usia dewasa mencapai tingkat yang signifikan. Sebanyak 36,3% penduduk Kota Semarang mengalami obesitas sentral, dengan angka yang lebih tinggi (61,7%) di Kelurahan Plalangan. Prevalensi obesitas sentral lebih tinggi pada kelompok usia 25-34 tahun (22,9%) dan 35-44 tahun (33,5%). Faktor-faktor seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat keturunan, aktivitas fisik, dan asupan kalori diidentifikasi sebagai kontributor terhadap obesitas sentral pada usia dewasa di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan keterkaitan yang signifikan antara jenis kelamin (p=0,001), tingkat pendidikan (p=0,024), riwayat keturunan (p=0,003), aktivitas fisik (p=0,000), dan asupan kalori (p=0,001) dengan kejadian obesitas sentral.

Penelitian juga menyoroti hubungan antara obesitas dan diabetes militus. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk menderita diabetes militus, terutama jika terjadi kelebihan lemak di area perut. Penelitian di Puskesmas Sidoarjo dengan sampel 50 orang meneliti hubungan antara karakteristik individu, status obesitas sentral, dan kejadian diabete militus. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, serta status obesitas sentral dengan kejadian diabestes militus. Ini menekankan pentingnya pemantauan tekanan darah secara rutin, terutama bagi individu dengan faktor risiko tinggi seperti obesitas sentral.

Obesitas juga terkait dengan penyakit seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Ada lima terapi obat dan beberapa perangkat medis yang dapat digunakan untuk mengelola penurunan berat badan jangka panjang. Keputusan dalam mengatasi obesitas perlu mempertimbangkan manfaat dan risiko dari berbagai opsi pengelolaan, termasuk terapi obat, perangkat medis, dan operasi bariatrik.

Obesitas, yang diukur dengan kelebihan berat badan 20% dari standar, dapat menyebabkan gangguan fungsi organ seperti Diabetes Mellitus tipe 2. Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dari WHO membagi orang ke dalam empat kelompok. Peningkatan prevalensi obesitas telah terjadi selama 25 tahun terakhir, dan ada hubungan yang kuat antara obesitas dan peningkatan trigliserida dalam darah. Dalam konteks ini, obesitas dijelaskan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% dari batas normal, yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida dalam darah karena akumulasi lemak berlebih.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat menyebabkan diabetes mellitus atau diabetes tipe 2. Hubungan antara obesitas dan diabetes melibatkan sejumlah mekanisme kompleks. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan hubungan ini antara lain:

  • Resistensi Insulin: Obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin, di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan efektif. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, yang merupakan karakteristik utama diabetes.
  • Peradangan (Inflamasi): Akumulasi sel-sel lemak tambahan pada tubuh yang obes dapat menghasilkan zat-zat inflamasi. Inflamasi kronis dapat merusak sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, memperburuk resistensi insulin.
  • Kadar Lemak dalam Darah (Lipid): Obesitas seringkali disertai dengan peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol dalam darah. Kondisi ini dapat memengaruhi metabolisme glukosa dan menyebabkan resistensi insulin.
  • Gangguan Sekresi Adiponektin: Hormon adiponektin, yang dihasilkan oleh sel lemak, berperan dalam mengatur kadar glukosa darah dan sensitivitas insulin. Pada obesitas, produksi adiponektin cenderung menurun, meningkatkan risiko diabetes.
  • Akan Tetapi (Acetyl-CoA Carboxylase): Enzim ini terlibat dalam metabolisme lemak dan glukosa. Peningkatan aktivitas Akan Tetapi dapat terjadi pada individu obes, memengaruhi keseimbangan metabolisme dan meningkatkan risiko diabetes.
  • Genetika dan Faktor Genetik: Beberapa individu mungkin memiliki kecenderungan genetik terhadap obesitas dan diabetes. Meskipun begitu, faktor lingkungan seperti pola makan dan tingkat aktivitas fisik juga memegang peran penting.
  • Gaya Hidup dan Pola Makan: Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, bersama dengan gaya hidup kurang aktif, dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes.

Penting untuk diingat bahwa obesitas hanyalah satu dari banyak faktor risiko diabetes tipe 2. Kombinasi faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan berkontribusi pada pengembangan kondisi ini. Pencegahan dan manajemen obesitas dapat menjadi kunci untuk mengurangi risiko diabetes dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Saran dan perencanaan yang lebih spesifik sebaiknya dikonsultasikan dengan profesional kesehatan sesuai dengan kondisi masing-masing individu.

Pencegahan Obesitas dan Diabetes Mellitus

  • Menerapkan Gaya Hidup Sehat:
  • Memelihara kebiasaan makan yang seimbang dengan porsi yang sesuai, menghindari konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, serta meningkatkan asupan serat dapat berperan penting dalam mengatur berat badan dan menurunkan risiko diabetes.
  • Rutin Melakukan Aktivitas Fisik:
  • Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara teratur tidak hanya membantu menjaga berat badan tetapi juga meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi kemungkinan terjadinya diabetes. Aktivitas fisik juga mendukung kesehatan jantung dan secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan tubuh.
  • Memantau Berat Badan:
  • Memelihara berat badan pada tingkat yang ideal adalah kunci dalam mencegah obesitas dan diabetes. Bahkan penurunan berat badan yang ringan pun dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam mengurangi risiko diabetes.
  • Mengurangi Konsumsi Minuman Bersoda dan Gula:
  • Menurunkan asupan minuman bersoda dan gula dapat membantu mengontrol berat badan serta mengurangi risiko diabetes. Menggantikan minuman bersoda dengan air minum menjadi alternatif yang lebih sehat.
  • Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala:
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk pemantauan kadar gula darah, merupakan langkah penting dalam mendeteksi secara dini dan mengelola risiko diabetes. Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk pemeriksaan yang terjadwal dan pengelolaan kesehatan yang optimal.

Dengan mengadopsi langkah-langkah ini, individu dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan tubuh dan mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan yang terkait dengan obesitas dan diabetes mellitus. Saran ini dapat diadaptasi sesuai dengan preferensi dan kebutuhan kesehatan masing-masing individu. Tetap konsultasikan dengan tenaga medis untuk panduan yang lebih spesifik dan personal.

Kesimpulan Hubungan antara obesitas dan diabetes mellitus sangat dekat, dan upaya pencegahan keduanya sering saling berkaitan. Mengadopsi gaya hidup yang sehat, menjaga berat badan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur merupakan langkah-langkah utama dalam mengurangi risiko obesitas dan diabetes. Disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk perencanaan pencegahan yang lebih spesifik, terutama jika seseorang memiliki faktor risiko yang tinggi. Dengan melakukan perubahan positif dalam gaya hidup, diharapkan dapat mengurangi risiko terkena obesitas dan diabetes, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun