Mohon tunggu...
Mulat Suyatmi
Mulat Suyatmi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Gatak

Mulat Suyatmi, S.Pd, guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Gatak. Di sekolah biasa dipanggil Bu Mulat. Beliau adalah guru yang hobi menulis. suka menulis cerpen dan puisi. suka membaca komik detektif Conan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arisan

19 Maret 2023   22:27 Diperbarui: 19 Maret 2023   22:40 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Makanya kalau diundang arisan di rumah saudara itu harus datang. Gini kan akibatnya." Kata-kata Bulik Parjo seperti palu menghantam kepalaku.

Kupandangi jadah dan wajik yang sudah ditata di atas piring-piring kecil berjajar di lantai. Sosis goreng dan tiramisu masih di dalam kardus menumpuk di sudut ruangan.

Makanan itu tak jadi disajikan karena tak banyak tamu yang datang. Aku menyediakan untuk 150 tamu, namun yang datang tak lebih dari 30 orang. Mungkin kurang dari itu.
Kata Bulik ini gara-gara aku tak pernah bisa menemani suamiku menghadiri arisan di rumah saudara. Jadi mereka balas tak datang pada acara arisan di rumahku.

Aku tak bisa menyalahkan mereka. Aku memang tak bisa seperti mereka yang bisa pergi-pergi kapan pun harus pergi. Aku mempunyai anak yang berkebutuhan khusus. Waktu dulu dia masih kecil, aku bisa menggendongnya ke manapun. Tapi sekarang dia sudah remaja. Aku sudah tak mampu menggendongnya. Memangku pun kalau lama aku tidak kuat.

Jadi jika suamiku pergi aku harus di rumah menjaganya. Begitu pula sebaliknya. Bagi orang yang tidak mau memahami kami pasti dia akan menganggap kami adalah orang yang tidak mau bergaul dengan tetangga. Tapi apa pun kata orang, aku sudah tidak peduli. Aku hanya ingin anakku sehat, ceria dan merasa disayangi. Aku tak peduli kata orang.

"Terus makanan sebanyak ini mau diapakan? " Budhe Sarji bertanya sambil memasukkan makanan itu ke dalam kardus.

"Dibagikan ke tetangga saja Budhe. Sebagian besok saya bawa ke kantor. " Aku mengangkat beberapa kardus makanan, kumasukkan ke dalam tas plastik.

Aku menekan suaraku agar tak terdengar getaran kesedihannya. Dengan sekuat tenaga pula ku tahan air mata, agar tak jatuh. Tak boleh ada yang tahu tentang pedihnya di dalam dadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun