Mohon tunggu...
Mula Efendi Gultom
Mula Efendi Gultom Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Humanis, Loyalis dan Profesional

Lahir di Pancurbatu Deliserdang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Detik-detik Kritik Patriotik

13 Januari 2012   14:08 Diperbarui: 5 Juli 2019   21:37 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alangkah Sedihnya ketika mendengar adik-adik pelajar ada yang mengatakan upacara bendera hanyalah warisan kebiasaan militerisme, buat apa sih susah-susah berpanasan menghormat bendera?, Upacara kan hanya buat memupuk kedisplinan ala militer???

 Lupa bahwa  upacara adalah perayaan yg dilakukan atau diadakan untuk suatu peristiwa penting (yaitu peristiwa memperjuangkan tegaknya dan berkibarnya merah putih berarti tegaknya juga Indonesia). 

Lupa berapa besarnya harga yang ditebus untuk Merah Putih dapat berkibar di negri sendiri (Dimana ribuan Anak Bangsa menumpahkan darah dan Air mata bak Tumbal untuk Merah Putih tetap berkibar). 

Lupa kalau darah dan air mata yang tertumpah sampai hari ini masih menuntut mengapa tidak engkau puja-puji bendera tempat dimana engkau bernaung. 

Mengapa tidak engkau teruskan perjuangan kami, kamu mendapatkan hak mutlak atas padi yang menjadi makanan pokokmu dan emas yang kamu kenakan berasal dari bumi pertiwi yang telah memberkati atas darah dan air mata  yang tertumpah. 

Jangan salahkan murid bila didadanya tidak bertumbuh roh patriotik, tapi jangan salahkan pula gurunya  bila tidak selalu mengisi rasa patriotik bagi murid-muridnya karena begitu banyak ilmu dan teknologi yang di jejali ke dalam otaknya, sampai sampai mereka mendewak-dewakan pengetahuannya sehingga lupa diri dan merendahkan adat dan budayanya sendiri. 

Adat yang menjaga keluhuran kakek nenek moyang moyangnya, yang sejak dahulu selalu dipertahankan, adat pula yang membuat ribuan anak bangsa rela menumpahkan darah dan air mata untuk tetap tegak berdirinya Indonesia, sehingga para pahlawan-pahlawan pendahulu kita yang telah menunjukkan tanggung jawabnya  mereka disebut "orang yang beradab".  

Janganlah membuat Ibu Pertiwi bersedih manakala engkau meninggalkan adat, karena tanpa adat bagaimana mungkin  memiliki "adab", tanpa adab juga keyakinanmu atas Maha Pencipta menjadi sia-sia. Itulah Sila Kedua dari Pancasila Kemanusiaan Yang Adil dan ber"adab". 

Dimanakah letak kemanusiaan dan keadilan, mana kala kita telah dapat menikmati kemerdekaan ini, namun tidak menyisihkan sedikit waktu berdoa untuk para pahlawan yang telah gugur, melantunkan lagu Indonesia Raya dan dan menaikan bendera mengawali kita bekerja pada hari senin dan menurunkan Bendera pada akhir pekan yaitu hari Sabtu, namun semua itu hanya dilakukan pada  hari-hari besar tertentu saja. 

Bagaimana mungkin benih patriotisme tumbuh berkembang apalagi berbuah, bila melantunkan LaguIndonesia Raya saja tidak pernah. Berapa besar kah penghormatan terhadap Republik Yang Kita Cintai ini, kalau  menghormati bendera sebagai lambang harkat dan martabat bangsa saja hanya beberapa kali dilaksanakan dalam setahun, belum lagi saudara-saudara kita yang terlalu sibuk bekerja, sehingga tidak pernah sama sekali melaksanakan Upacara sebagai ujud 

Penghormatan atas berdirinya Indonesia sebagai tempat kita dapat bernaung dan mencari kebutuhan hidup dengan aman. Jangan biarkan darah dan air mata pengorbanan para pahlawan pendahulu kita mendidih lagi... Jangan sampai Ibu Pertiwi menangis lagi namun bukan karena penjajah laknat... karena air matanya sungguh dahsyat  menggulung semua yang ada, geramnya membuat matanya berapi-api memancarkan debu yang  menghanguskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun