Menerima kenyataan bahwa ada keluarga terdekat kita yang kembali ke alam jiwa (umat Islam menyebutnya dengan alam barzakh) memang berat, apalagi bila tiada sakit atau firasat yang menyertainya.
Kebanyakan dari kita akan berkurang sedih dan sudah menerima kematian mendiang ketika waktu wafat sudah melewati 100 hari. Pada masa ini arwah (roh) juga sudah tenang dan bersiap menghadapi fase berikutnya yang akan dia jalani di alam jiwa.Makin lama kita meratapi kematian mendiang, dia makin berat dan tidak tenang. Arwah belum bisa menjalani fase kehidupan di alam jiwa selama orang-orang yang dikasihinya di dunia masih ada yang belum menerima kematiannya.
Jika masih ada orang yang masih berat dan belum dapat move on ketika ada keluarga dekat yang meninggal bisa jadi karena:
1. Keimanan kepada Allah baru sampai bibir sehingga apa yang menjadi takdir-Nya belum diterima sampai ke hati. Jika kita meyakininya dengan segenap hati maka hanya doa-doa dan solawat yang kita kirimkan untuk mendiang, alih-alih menangisinya tiap hari.
2. Punya ketergantungan finansial kepada yang wafat. Orang tua yang ditinggal anak sebagai tulang punggung bisa tak putus-putus menyesali kematian anaknya karena tiada lagi uang yang mengalir untuk dirinya. Demikian juga dengan istri (baik yang sah dan tidak) yang kehilangan suami sebagai pencari nafkah bisa merasakan hal yang sama.
Saya pernah bicara dengan seorang ibu yang ketika saya gali, terungkap bahwa penyebab utama dia belum moving on dari kematian anak bungsunya karena si anak itu yang paling sering mengirim uang dan barang.
Meski sudah dapat bagian warisan puluhan juta, si ibu masih merasa bagian dari pendapatannya berkurang akibat si bungsu meninggal. Aneh tapi nyata. Memang ada orang yang meratapi kematian keluarga karena hartanya bukan karena sosoknya.
3. Masih ada ganjalan. Entah masih ada hal yang ingin dilakukan untuk mendiang, merasa banyak menyusahkan semasa mendiang hidup, atau punya janji yang belum ditunaikan, bisa jadi penyebab kita masih berat menerima kematian meski mendiang telah wafat lebih dari 100 hari.
Jika masih ada ganjalan baiknya diikhlaskan dengan cara membayar utang (jika mendiang punya utang) atau lakukan hal-hal baik yang jadi keinginan mendiang semasa hidup. Tunaikan sedekah, silaturahim, atau infak atas namanya sehingga amal jariyahnya mengalir juga untuk mendiang.
Kalau mendiang pernah bersalah, maafkanlah dia. Juga sebaliknya minta maaflah jika kita masih ada kesalahan lewat doa yang kita kirim untuknya.
Ketahuilah bahwa setelah mati, arwah juga harus menjalani kehidupannya di alam lain. Jiwa akan terus hidup meski raganya mati. Jangan sampai ratapan dan tangisan kita membebaninya untuk menjalani kehidupan di alamnya.