Mohon tunggu...
Mukti Wibawa
Mukti Wibawa Mohon Tunggu... Konsultan Manajemen -

Konsultan manajemen. Motivator bisnis. Membantu meningkatkan penjualan, profit, dan produktivitas pribadi atau perusahaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Brand War di Pilkada DKI (Bagian 2)

19 Februari 2017   14:32 Diperbarui: 19 Februari 2017   14:38 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stop Perang di Media Sosial

Media sosial sudah menjadi media informasi yang sulit dipertanggung jawabkan reliabilitasnya.  Pada masa pilkada ini isinya kebanyakan black campaign, saling tuduh, saling serang dan saling merasa diri paling benar.  

Di media sosial para loyalis brand market leader dan para loyalis brand pesaing bisa dan boleh menulis informasi dan berita dari sudut pandangnya sendiri (people journalism).  Benar atau salah informasi di media soaial sangat tergantung dari persepsi pembacanya.  Bila suka maka informasi dianggap benar dan dibagikan ke teman-teman lain, bila tidak suka maka informasi dianggap hoax dan penulisnya di-bully beramai-ramai.  Sebagai brand market leader para loyalis perlu segera stop memakai media sosial seperti ini.  Stop caci-maki di media sosial.  Alih-alih bisa mendapatkan advocate baru, yang pasti akan menciptakan hater baru.

4 A Jadi 5 A.

Terinspirasi buku WOW Marketing yang ditulis oleh guru saya, Hermawan Kartajaya,  terdapat 5 tahap atau siklus pelanggan saat membeli suatu produk.  Pertama aware, prospek mulai kenal produk.  Kedua appeal, prospek tertarik tapi belum yakin maka mereka mencari informasi produk di komunitas dan online.  Ketiga ask, untuk meyakinkan diri prospek akan bertanya pada teman komunitas atau keluarganya.  Keempat act, prospek akan memutuskan untuk membeli produk yang direkomendasikan.  Kelima advocate, pelanggan yang puas akan merekomendasikan produk yang baru dibelinya pada teman atau keluarganya.

Dari siklus pelanggan ini tahap yang paling penting adalah tahap terakhir yaitu tahap penciptaan advocate.  Advocate yang positif dihasilkan dari pengalaman positif selama  pelanggan memakai produk, demikian sebaliknya.  Advocate yang positif ini akan menjadi modal yang sangat kuat untuk menciptakan awareness baru, tanpa memerlukan budget promosi lagi.

Pada tulisan saya terdahulu (Brand War di Pilkada DKI bagian 1), brand market leader perlu melakukan strategi ofensif dengan menugaskan para loyalisnya untuk menciptakan sebanyak mungkin para advocate baru.  Caranya mudah.  Sudah banyak karya peningkatan keimanan, kesejahteraan dan pembangunan fisik yang dilakukan oleh brand market leader.  Carilah para advocates disitu.  

Sudah Ada Bukti Tidak Perlu Lagi Menagih Janji.

Carilah para advocate dantara ratusan ribu orang yang sekarang sudah terbebas banjir, yang sudah pindah rumah susun dan menikmati hidup yang lebih baik, yang sudah dipekerjakan sebagai pasukan warna-warni, yang sudah mendapatkan subsidi angkuan umum dan sembako murah, yang sudah diberangkatkan ke tanah suci, yang sudah dibangun fasilitas umum dan fasilitas sosialnya, yang sudah mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang layak, yang sudah meningkat harkat dan martabat hidupnya.  Disanalah para advocate berada, cari dan temukan mereka, karena mereka sudah menikmati hasilnya mereka akan bisa bercerita tentang seribu-satu keunggulan brand market leader.  Pastikan mereka bukan non-user (golput) ajak mereka menggunakan hak pilihnya.

Para loyalis brand market leader perlu mendatangi tempat-tempat mereka, dan mencari para advocates yang bisa ditemui disana.  Dekati dan masuki komunitas mereka, berbicara dengan mereka, lakukan kegiatan bersama mereka, dapatkan simpati dan kepercayaan mereka, melalui apapun bentuk kegiatannya.  Buatlah program santai bersama mereka, tunjukkan kepedulian pada mereka.  Jangan lagi bikin acara yang hura-hura sifatnya hanya demi membuktikan kekompakan para loyalisnya.  Event hura-hura sejenis ini terbukti hanya menghasilkan brand awareness, jauh dari harapan untuk menghasilkan brand advocate baru.

Mengapa seorang pemimpin yang baik bisa dihukum?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun