Dalam mewujudkan Indonesia bebas sampah, kami memberikan ide-ide cemerlang dalam birokrasi dan regulasi pengelolaan sampah untuk pembangunan kesehatan yang berkelanjutan. Dengan mengunakan metode Alternatif Risk Transfer; Hedging yang dimodifikasi. Gagasan cerdas tersebut kami beri nama "Asuransi Sampah Indonesia (INASI)".
Asuransi Sampah Indonesia (INASI) berada dibawah naungan Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia adalah badan penyelengara yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa. Dimana anggotanya adalah 892 unit jumlah industri kemasan dan industri plastik lainnya. Premi yang dibayarkan disesuaikan dengan jumlah produksi plastik yang dihasilkan perbulan. Sedangkan penerima manfaat tersebut adalah semua Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) di seluruh Indonesia. Dana yang tersalurkan digunakan hanya untuk kepentingan pengelolaan sampah plastik menjadi sumber energi terbarukan.
Diharapkan dengan adanya Badan Penyelenggara  Asuransi Sampah Indonesia  ini masayarakat tidak selalu dikambinghitamkan dalam kasus sampah plastik di laut yang semakin menumpuk. Selain melakukan edukasi ke masyarakat seperti melakukan langkah 3R dalam kehidupan sehari-hari, membuang sampah pada tempatnya, Industri plastik ataupun kemasan tidak menutup mata dari sampah yang mereka hasilkan.
Hadirnya Asuransi Sampah Indonesia (INASI) yang berada dibawah naungan Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia dengan mengunakan metode Alternatif Risk Transfer; Hedging yang dimodifikasi. Bisa mewujudkan 70% pengelolaan sampah plastik yang terintegritas pada tahun 2025. Sejatinya sampah plastik di laut Ibu Pertiwi Indonesia, bukan serta-merta berasal dari masyarakat. Melainkan sumbernya dari Industri plastik dan/atau kemasan. Industri plastik ataupun kemasan harus sadar diri dengan sampah plastik yang mereka hasilkan. Mereka yang berani membuat, juga harus berani bertangung jawab.
Berdirinya Badan Penyelenggara  Asuransi Sampah Indonesia  ini membuat pemerintah tidak bekerja sendirian dalam mengatasi permasalahan persampahan plastik di lautan Indonesia. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, "ringan sama dijinjing, berat sama dipikul".
Penulis: Muksin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H