Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Akan Sekolah, Orangtua Cuci Otak Dulu

24 Juni 2020   13:36 Diperbarui: 24 Juni 2020   13:34 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi orang tua. sumber : jateng.tribunnews.com
ilustrasi orang tua. sumber : jateng.tribunnews.com
Tak mengena pada kebanyakan orang tua. Mungkinkah metode penyebaran pemikiran-pemikiran seperti ini kurang tepat sehingga tak merata?

Ada satu sekolah alam yang unik di Banjar Negara, maaf saya lupa nama sekolahnya. Ketika seleksi penerimaan siswa baru, yang diseleksi ketat adalah orang tuanya. Bukan anak.

Orang tua diwawancarai. Sesuaikah visi orang tua dengan visi sekolah? Apakah orang tua menerima konsep yang ada di sekolah? Jika tidak, maka anaknya tak diterima. Bisa dipahami, karena sekolah punya konsep bahwa pendidikan harus melibatkan orang tua. Bukan tanggungjawab sekolah semata.

Ini menarik. Pihak sekolah mencoba mengedukasi masyarakat dengan “menjual” ide pendidikan progresif dan menjadikannya sebagai salah satu syarat masuk.

Masyarakat akan terpancing untuk mencari tahu, mempelajari, dan akhirnya mengadopsi visi sekolah. Menjalankan peran sebagai orang tua pendidik, membimbing anak pada penemuan kecerdasannya masing-masing.

Tipe sekolah seperti ini saya kira perlu diperbanyak. Mengedukasi, mendorong orang tua untuk mengubah sudut pandang tentang sekolah. Mengubah perspektif terhadap keberhasilan anak di sekolah.

Menjadi orang tua yang merdeka, tak ambil pusing soal persepsi “anak rangking=anak pintar”. Tak pening saat anaknya biasa-biasa saja dalam prestasi akademik.

Tentu orang tua yang merdeka akan mampu membentuk kemerdekaan berpikir pada anaknya pula. Terbebas dari tuntutan-tuntutan nilai bagus. Yang penting anak nyaman sekolah!

Seperti tak ada satupun daun yang jatuh tanpa sepengatahuan Dia, maka tak ada anak yang lahir tanpa membawa fitrahnya masing-masing. Fitrah disini dapat dimaknai sebagai bakat, kecerdasan.

Pertanyaan terbesarnya adalah : siapkah orang tua belajar, mencuci otak, untuk menjadi penuntun pada pengembangan bakat anaknya? Jika ya, maka berarti siap pada cobaan-cobaan dalam perjalanan pengembangan bakat itu.

Cobaan itu kadang dalam datang dalam bentuk komentar orang sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun