Akibat dari perambahan kawasan hutan untuk dijadikan areal perkebunan tampaknya mulai dirasakan oleh masyarakat yang pemukimannya tidak berjauhan dengan kawasan hutan. Pasalnya akibat perambahan tersebut secara tidak langsung terganggunya habitat harimau Sumatera (Panteratiggris sumatrae). Buktinya di desa Bukit Mulya kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu harimau berkeliaran di areal perkebunan milik masyarakat. Informasi terhimpun, munculnya harimau seukuran anak sapi terakhir terlihat masyarakat Rabu kemarin (7/9) sekitar pukul 05.00 WIB. Dimana keberadaan Harimau terlihat oleh warga Bukit Mulya, Suhimin, 35 tahun. Dimana pada waktu itu Suhimin sedang menyadap karet setelah habis menunaikan Sholat Subuh. Tapi alangkah terkejutnya Suhimin saat baru menyadap karet beberapa batang, cahaya senter yang digunakannya tepat ke arah harimau, seketika itu juga Suhimin langsung pulang ke rumah. Pemuda setempat, Haris, 33 tahun, mengatakan ketika dia (Suhimin, red) pulang kepemukiman itulah warga banyak yang mengetahui, kalau informasi yang ada Suhimin menceritakan kepada beberapa warga mengenai apa yang dilihatnya di areal perkebunan karet saat sedang beraktifitas. "Kami yang mengetahui cerita Suhimin mulanya tidak percaya, tapi ketika di lihat ada bekas jejaknya barulah kami meyakini jika jejak tersebut benar-benar bekas harimau," ungkap Haris. Hal itu diperkuat juga, lanjut Haris, dengan keterangan 2 orang warga lainnya yaitu Caca alias Ujang, 35 tahun dan Ayi, 38 tahun. Dimana keduanya juga pernah melihat bekas harimau tersebut di areal perkebunan masing-masing. "Hanya saja posisi ditemukannya harimau berbeda. Kalau Suhimin melihat di perkebunan karet miliknya yang berada di perbatasan desa ini dengan areal PT Puding Mas dan dua orang warga lainnya melihat bekas harimau di pinggir sungai berbatasan dengan desa Talang Rio," ujar Haris. Terpisah, Sekdes setempat, Sarjono, saat dikonfirmasi tidak menapikkan kebenaran informasi telah berkeliarannya harimau di areal perkebunan warganya. Hanya saja dirinya belum pernah melihat secara langsung harimau tersebut, tapi kalau bekas jejaknya memang ada. "Kalau melihat langsung saya belum ada, tapi bekas jejaknya itu memang ada. Tapi yang dirasakan saat ini akibat berkeliarannya harimau membuat warga desa kita ini menjadi resah dan takut untuk pergi ke kebun untuk melakukan aktifitasya," kata Sarjono. Masuknya harimau ini sendiri, lanjut Sarjono, sudah diketahui semenjak pertengahan bulan puasa lalu. Dimana sudah ada warga yang melihat dan menemukan bekas jejaknya, tapi sampai dengan saat ini keberadaan harimau itu datangnya dari mana belum diketahui secara pasti. "Sebenarnya kita juga tidak menyangka jika harimau akan berkeliaran di wilayah perkebunan warga yang jaraknya hanya sekitar 1 KM dari pemukiman padat penduduk. Tapi kalau sudah seperti ini akhirnya meresahkan warga, bagaimana tidak akibat masuknya harimau warga terganggu aktifitasnya," kata Sarjono. Yang jelas, sambung Sarjono, salah satu penyebab berkeliarannya harimau di areal perkebunan warga kemungkinan besar diakibatkan terganggunya habitat binatang buas tersebut akibat banyaknya pembukaan kawasan hutan menjadi areal perkebunan. Yang akhirnya dengan berkeliaran harimau secara tidak langsung menganggu aktifitas warga, kalau biasanya warga di desa ini mulai beraktifitas menyadap karet pukul 04.30 WIB pagi berangkat dari rumah, tapi sekarang sudah tidak lagi. "Maka dari itulah kita mengharapkan pihak BKSDA bisa turun untuk mengusir harimau sehingga menjauh dari areal perkebunan milik warga. Selain itu juga kita dari pemerintahan desa menghimbau warga untuk tetap waspada," demikian Sarjono.(**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H