Banda Aceh - Kecanggihan internet di era globalisasi saat ini memungkinkan dunia berada dalam genggaman generasi milenial. Generasi yang tumbuh di tengah kecanggihan teknologi ini lebih memilih media sosial sebagai acuan dalam mencari informasi dibandingkan media massa. Apalagi proses pencarian jati diri, membuat mereka mudah terpapar radikalisme dan liberalisme.
Hal tersebut menjadi perhatian LDII, terutama DPW LDII Jawa Tengah yang penduduknya heterogen secara ideologi, "Dalam lima tahun terakhir, kami bekerja sama dengan Polda Jawa Tengah dalam sosialisasi deradikalisasi," ujar Ketua DPP LDII sekaligus Ketua DPW Jawa Tengah Singgih Tri Sulistiyono.
Saat ini, kata Singgih, generasi muda senang dan cepat dalam mempelajari berbagai hal yang ada di dunia maya. Menurutnya, dengan pengaruh negatif internet tersebut, mereka bisa rentan terjerumus ke dalam paham radikalisme hingga pengagungan hak-hak individu seperti liberalisme, "Pergaulan bebas, penggunaan obat terlarang hingga radikalisme menjadi tantangan dalam membangun karakter bangsa," ujar Singgih.
Ia mengatakan sosialisasi tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Salah satunya di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Tri Sukses, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada 28 Juli 2022 lalu, "Acara tersebut diikuti oleh 500 mahasiswa dan pemuda LDII, serta unsur-unsur pemuda lainnya," imbuh Singgih.
Acara yang bertema "Penguatan Nasionalisme dan Semangat Bela Negara bagi Generasi Muda Santri di Era Milineal Menuju Indonesia Emas 2045" ini menghadirkan narasumber dari Direktorat Binmas Polda dan Dai Kamtibmas Polda Jateng, "Alasan mengapa mengambil tema ini setelah melihat perubahan yang begitu cepat pada era global ini membuat dunia tanpa batas dengan adanya internet," imbuhnya.
Ia menjelaskan, internet seperti mata pisau yang memiliki sisi positif dan negatifnya. Dampak negatif internet diantaranya seperti pergaulan bebas, rasa nasionalisme semakin pudar dan munculnya ideologi yang berbau radikalisme yang mengarah ke Terorisme, "Maka kami ingin merawat negara ini dengan semangat nasionalisme dengan bela negara untuk mempertahankan negara ini yang sumber dayanya selalu diincar bangsa asing," tambah Singgih.
Selain itu, adanya upaya provokasi oleh kelompok tertentu untuk membenturkan ormas keagamaan sehingga saling berseteru dengan alasan apapun.
Maka untuk mengatasi hal negatif tersebut diperlukan penguatan  kerukunan dan kekompakan anak bangsa, "Sebagai generasi penerus bangsa untuk selalu mewujudkan perdamaian dan kerukunan dengan dibalut semangat NKRI di negeri ini khususnya di wilayah Cilacap," ujarnya.
Tekad LDII dalam membina generasi milenial tersebut, disambut baik Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji. Ia mengatakan, LDII berhasil menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi mudanya, "Saat dinyanyikan lagu Indonesia Raya, saya melihat para santri berdiri dan ikut menyanyikan dengan hikmat dan penuh penghayatan," ujar Bupati Tatto.