Mohon tunggu...
Mukmin
Mukmin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selalu bersyukur, berjuang, dan tetap optimis maju ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Pangan dan Energi Jadi Ancaman Dunia, LDII Ajak Warga Hidup Hemat

6 April 2022   09:56 Diperbarui: 6 April 2022   10:13 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banda Aceh  - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia belum selesai, dunia kini dihantui krisis pangan dan energi. Potensi krisis tersebut diakibatkan invasi militer Rusia ke Ukraina yang hingga kini tak kunjung mereda. Ditambah lagi dengan perang dagang antara Blok Barat dan Rusia.

"Rusia merupakan salah satu negara utama pengekspor energi dan pangan, terutama gandum dan energi. Bila konflik ini berkepanjangan, maka harga energi dan pangan dunia akan mengalami kenaikan," ujar Ardito Bhinadi ekonom dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Menurut Ardito dampak kenaikan pangan dan energi tersebut bisa dipastikan sampai ke Indonesia.

Meski penduduk Indonesia sebagian besar mengkonsumsi beras, namun ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum masih tergolong tinggi. Hal tersebut terbukti dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka mengkonsumsi bahan pangan dari gandum, yang saat ini harganya mulai tinggi.

Perang Ukraina dan Rusia berdampak pada peningkatan tajam harga komoditas, termasuk sektor energi dan pangan.

"Karena energi ini merupakan input utama dalam produksi barang dan jasa, termasuk distribusinya," ujar Ardito yang juga Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Menurut Ardito, jika perang berlanjut dan berkembang hingga perang dagang antara Barat dan Rusia, maka dapat dipastikan harga barang atau inflasi bisa mencapai 2,5-4,5 persen.

"Bank Indonesia memperkirakan pada 2022, inflasi mencapai 3 persen plus minus, yang artinya inflasi di antara 2-4 persen. Ceritanya bisa lain, bila perang berkepanjangan," tutur Ardito.

Ia mengingatkan harga minyak bumi selalu menjadi penyumbang inflasi yang cukup signifikan di Indonesia, terutama pada distribusi barang dan jasa, "Kenaikan harga BBM ini akan meningkatkan harga barang dan jasa. Maka produk-produk atau komoditas juga mengalami kenaikan," tegasnya. Hanya saja, saat ini masyarakat mengurangi pergerakan karena kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19.

Bisa diprediksi, saat masyarakat mulai bergerak bebas, permintaan BBM akan meningkat drastis. Arahnya, harga BBM dan komoditas juga terkerek naik, "Soal seberapa besar infalsinya, tergantung bagaimana pemerintah mengendalikannya. Kenaikan inflasi tak lebih dari 1 persen," ujar Ardito.

Ardito mengingatkan, selain pangan dan energi terdapat sejumlah komoditas utama seperti beras, minyak goreng, cabai, bawang dan lain-lain, juga kerap memicu inflasi, "Apalagi Ramadan dan Idul Fitri, permintaan tinggi sementara harga BBM juga naik, ini bisa meningkatkan biaya hidup masyarakat," tegasnya.

Kondisi tersebut mendorong timbulnya stagflasi, yakni pertumbuhan ekonominya stagnan tapi inflasinya naik. Dalam kondisi tersebut, ia mengingatkan masyarakat untuk hidup hemat. Selain itu menjaga diversifikasi pangan dan melakukan penghematan energi.

Senada dengan Ardito, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto meminta masyarakat untuk menerapkan perilaku muzhid mujhid, "Pola hidup hemat atau efisien dan bekerja keras sangat diperlukan, agar ketika harga-harga mahal, masyarakat masih memiliki sumber dana atau masih dapat bertahan hidup," ujarnya.

Kenaikan harga sejumlah komoditas di tengah ekonomi yang masih lemah bisa berdampak bertambahnya jumlah penduduk miskin, "Dengan sikap muzhid-mujhid masyarakat masih bisa membeli kebutuhan pokok, dan mengabaikan kebutuhan sekunder demi keberlangsungan hidup," tambahnya.

KH Chriswanto juga mengingatkan pentingnya ketahanan pangan dan energi, "Kami di LDII telah mendorong pemakaian energi baru terbarukan dan diversifikasi pangan sebagai bagian dari program ketahanan pangan," ujarnya.

Ketahanan pangan dan energi memang menjadi bagian delapan program kerja LDII, caranya keluarga bisa memulai ketahanan pangan dengan tidak hanya mengkonsumsi beras, tapi juga umbi-umbian. Sementara, kini sangat memungkinkan setiap rumah menambahkan sel surya, untuk menghemat listrik. (m)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun