Senada dengan Kang Marhaen, KH. Ubaidillah Al Hasaniy mengungkapkan kekhawatiran para santri tidak memiliki pemahaman wawasan kebangsaan.
"Saat di pesantren mereka akan baik-baik saja, tapi begitu lulus dan berada di tengah masyarakat, mereka akan menjumpai berbagai pemikiran salah satunya radikalisme," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Al Ubaidah itu.
Menurutnya, pembekalan wawasan kebangsaan bagi para santri ini amat penting. Oleh karenanya, pihaknya menggalang kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag), Kodim dan Polsek Nganjuk, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memberikan materi wawasan kebangsaan, bela negara, dan etika berdakwah.
"Program tersebut menjadi program rutin, pemerintah kabupaten, Kemenag, aparat, dan MUI memberikan materi setiap bulan bagi para santri yang menjalani ujian dan diklat terakhir di pondok ini," ujar KH. Ubaidillah yang akrab disapa Habib Ubaid.
Ia meyakini, para santri LDII kelak menjadi dai dan daiyah yang mampu menjaga persatuan dan keutuhan NKRI dan selalu bersyukur atas jasa pendahulu.
"Pondok pesantren mengajarkan agama sekaligus wawasan kebangsaan, sehingga dapat melahirkan generasi yang alim-fakih, berakhlakul karimah dan mandiri," ujar Habib Ubaid.
Habib Ubaid menjelaskan, perlunya adanya keseimbangan antara pendidikan jasmani dan rohani. Sebab menurutnya, ketidakseimbangan terkait dua tersebut dapat melahirkan generasi yang tidak bersyukur atas jasa pemerintah.
"Mereka hanya menganggap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Harga Mati hanya slogan," jelasnya.
Selain itu, ia menegaskan, keberadaan rusun santri merupakan bentuk apresiasi pemerintah dan rezeki yang tak terduga kepada Ponpes Al Ubaidah yang patut untuk disyukuri.
"Kami atas nama pribadi dan lembaga mengapresiasi, bersyukur dan berterima masih atas bantuan semua pihak," tegasnya.
Habib Ubaid menambahkan, pihaknya akan membalas jasa semua pihak tersebut dengan harta berharga yang dimiliki Ponpes Al Ubaidah.