Hujan emas di negeri orang, masih enak hujan batu di negeri sendiri...
Rasa syukur dan bangga menjadi orang Indonesia, inilah rasa yang tersemat dalam diri tentunya. Bersyukur dilahirkan di tanah pertiwi ini sebagai bagian dari anak bangsa.
Seingkali melihat tayangan seputar informasi miris dari negara luar yang diulas oleh media, memberi kesan kebanggaan serta rasa syukur itu.
Ditilik dari perbandingan baiknya kondisi kita daripada negara tersebut. Konflik, pertentangan klas, perang saudara, kelaparan hingga tekanan politik yang kejam oleh rezim berkuasa.
Begitupun dengan kondisi geografis yang keras dan kehidupan yang menggenaskan dari kondisi yang ada. Nah, dasar ini sangat beruntung kita dilahirkan di bumi pertiwi yakni Indonesia.
Negara yang kaya nan subur dan memiliki khazanah budaya di setiap daerah yang beragam, memberi nilai kemajemukan yang kaya.
Negara subur seperti lirik dari tembang lawas Koes Ploes  "Kolam Susu"Â
Larik "Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampirimu".
Dan pada lirik, "Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang bilang tanah kita surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman".
Menunjukan kekayaan bumi nusantara kita, betapa kayanya sumber daya alam Indonesia. Baik yang ada di lautan maupun yang terdapat di daratan.Â
Julukan sebagai negara pertanian amat cocok untuk kondisi geografis ini. Begitupun  sebagai negara maritim, negara kepulauan yang dikelingi oleh dua pertiga lautan.
Air sungai yang mengalir, lahan pertanian yang masih luas, tekstur tanah yang  subur, aneka hayati berlimpah. Kebanggaan dan rasa syukur karena dilahirkan di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan negara lain yang mungkin kekayaan bumi dan lautannya tidak sebaik negara kita.
Negara yang Bhineka Tunggal Ika, Multi Etnis dan Kaya akan Keragaman Budaya
Multietnik untuk Indonesia. Warna-warni perbedaan yang menarik sebagai kerangkan yang mebentuk dari peradaban, kekayaan intelektual dari buah kemajemukan yang heterogen-nya kita.
Identitas yang barangkali tidak kita temui pada negara lain, ragam rupa, bentuk, dan tata cara menjadi ciri khas dari ke Bhinekaan Indonesia. Sungguh layak untuk dikatakan, Indonesia negara yang multikultural punya warna.
Baik bersifat vertikal, alam kepercayaan/keyakinan. Maupun yang bersifat horizontal, hubungan kepada sesama manusia dalam kehidupan sosial. Budaya gotong royong dan musyawarah regenerasi yang turun temurun mesti terjaga.
Kekayaan dari keragaman budaya, sungguh sangat menarik untuk Indonesia. Cantik dan eksotis. Bukan untuk diperdebatkan tapi untuk saling kenal mengenal satu sama lain antar sesama kita.
Negara yang Tolerans, Terkenal akan Keramahannya
Toleran bangsa Indonesia sudah terkenal di zaman dahulu, sikap dan sifat yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya.
Hal terlihat akan sikap keterbukaan akan orang-orang luar, diterima secara lapang dada oleh masyarakat.
Keramahan bahkan dimanfaatkan orang-orang asing pada zaman penjajahan saat ingin menguasai Indonesia.Â
Kala Jepang, Belanda pada mulanya disambut hangat saat masuk ke Indonesia pertama kali.
Begitupun masuknya agama-agama besar di Indonesia, mensiarkan agama jarang terdengar pergolakan yang memunculkan perang besar dengan orang-orang Indonesia.
Pendeknya diterima dan disambut dengan terbuka, ini jelas menunjukan toleran-nya bangsa Indonesia telah ada sejak dahulu kala.Â
Sehingga dapat berkembang pesat dan menjadi agama baru bagi orang Indonesia kala itu, dan meninggalkan keyakinan lama yang selama ini dipercayai masyarakat. Memeluk kepercayaan baru.
Toleransi ini juga menciptakan kerukunan antar masyarakat, kedamaian ditengah perbedaan yang ada. Yang berkaitan pada dinamika kemanusiaan. Rasa humanisme, terciptanya simpati dan empati masyarakat.Â
Lantas apakah, toleransi dan rasa kemanusiaan penopang dari kerukunan dan kedamaian selama ini harus kita tinggalkan?Â
Hanya karena perbedaan antar sesama kita harus gontok-gontokan, Entahlah
Senada apa yang sering diucapkan komedian tanah air Cak Lontong "kita harus bangga menjadi orang Indonesia."
Salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H