Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Dan berhasil mengantarkan Jokowi-JK jadi pemenangnya.
Pada pemilu 2019 koalisi terbagi kembali. Koalisi Indonesia Kerja ( Jokowi- Maaruf Amin) dan Koalisi Indonesia Adil Makmur (Prabowo-Sandiaga Uno).Ditahun inilah situasi kondisi tanah air sangat terasa pergesekannya, dari hulu hingga ke hilir, panasnya sensasi politik, politik identitas kubu-kubuan antar pemilih.
Kembali pada judul "Sejarah Koalisi di Indonesia, dan Hilangnya Oposisi di Parlemen Sebagai Kekuatan Penyeimbang."Â
Versi awamologi penulis yakni keberpihakan kepada rakyat yang semu, koalisi seakan memandulkan fungsi lembaga tinggi wakil rakyat legislatif diparlemen. Hakikat dari sebuah istilah asing  check and balance kinerja Eksekutif.
Prihal oposisi di parlemen seperti tidak berfungsi jikalau pemerintahan yang dibangun dari multipartai besar, yang persentase jauh dari kata standar ideal oposisi.Â
Koalisi seakan membuat para dewan terhormat tunduk pada kebijakan parpol mereka, mengutip perkataan Buk Megawati, kader paprol adalah petugas partai.Â
Artinya semakin kuat parpol pendukung pemerintah semakin kuat pula daya tekan parpol pada para wakilnya.Â
Lantas, dasar ini menjadikan parlemen bukan lagi sebagai kekuatan penyeimbang, pengontrol serta pengawasan pemerintah. Ditambah lagi beberapa lembaga tinggi negara dipilih atas rekomendasi dari Presiden dan disetujui oleh wakil rakyat.
Lalu, kemanakah harapan rakyat dialamatkan? entahlahÂ
Oposisi ditentukan/dipengaruhi besarnya intervensi parpol, realita pilpres tidak ubah dengan pilkada. Adanya kesamaan pada hal deal-dealan para pemangku kewenangan.Â
Dan, semoga pemilu 2024 mendatangkan wajah baru, melahirkan oposisi berkelas, yaitu oposisi lahir karena prinsip diri. DPR memiliki pandangan objektifitas. Semoga.