Menjadi mahasiswa favorit yang banyak disenangi oleh para guru atau dosen sudah tentu memiliki kebanggaan tersendiri disertai dengan plus minus yang didapati, dari hal yang bersifat menguntungkan bagi peserta didik dalam mengikuti atau menjalani setiap proses akademik.
Dari informasi yang berhubungan dengan rutinitas sebagai hak dan kewajiban selaku murid maupun berbagai faktor lain yang mendukung kegiatan-kegiatan di persekolahan. Lebih cepat tahu dibandingkan dengan teman-teman yang lain.
Seperti peluang mendapatkan beasiswa, bertukar pendapat saat dilanda permasalahan pelik dalam penyelsaian studi hingga prihal lain yang berhubungan dengan nilai loh. Uenak kan.
Maka tidak heran jika ada istilah kata anak emas guru atau dosen dikalangan peserta didik. Karena adanya faktor kedekatan antara pendidik dengan peserta didik.
Terlepas kedekatan ini disebabkan karena hubungan keluarga, suku, agama, hobi, organisasi, almamater yang mendasari kedekatan tersebut.Â
Nah, justru rentan mempengaruhi akan penilaian yang kadang cenderung bersifat subyektif menyisihkan prihal keobjektifan sang pendidik karena hal ini.
Penilaian objektif terkadang dipertanyakan, serta menciptakan tumbang pilih atau pilih kasih yang kadang memberikan suasana pendidikan kurang sesuai dengan keadaan sesungguhnya.Â
Buruknya karena unsur kedekatan dengan peserta didik penilaian pun seringkali tidak sesuai kenyataannya dari kemampuan sebenarnya dari seseorang peserta/anak didik.
Lantas dengan persoalan lain pun dapat menciptakan kesenjangan (kecemburuan) antar sesama peserta didik, dan kecemburuan sosial akibat dari adanya pembedaan di antara mereka.Â