Cengkrama Udin dan Bedul Seputar Baliho, Pemilu Mendatang
Terpampangnya Baliho besar diberbagai sudut kota di daerah dengan jargon dan senyum manis para tokoh politik tanah air. Menuai seruak tafsir liar mencuat menilai prilaku para politisi.Â
Cenderung kental muatan politisnya daripada kata-kata bijak yang terterah pada gambar.
Dari cuek bebek hingga menyayangkan motif dibalik Baliho itu sendiri. Pandemi Covid-19 bebas boss, belum saatnya berkempanye, entar tahun 2024 aja. PPKM masih berlaku, jualan sepi celoteh si Udin.
Pergerakan politik dipermukaan kali ini terlalu dini dibandingkan masa sebelumnya. Lomba unjuk gigi dan angkat jari, siapa yang cepat akan selamat dan siapa yang lambat selamat tinggal.
Fenomena keberadaan baliho salah satu contoh real ajang persuasif parpol, curi star para politisi tanah air. Metoda konvesional sosialisasi diri tak tertinggal selain penggunaan media digital.Â
Kolaborasi cara klasik dan modern dalam menarik simpati, membangun citra untuk mempengaruhi seseorang dengan metoda simbol-simbol, supaya direkam dalam syaraf pemilih. Nanti.
Cantik buanget parasnya, gelar mentereng, visi misi selangit, kharisma si anu memang top markotop. Sanjung Bedul, gue pilih ini ajalah Din. Sungguh sangat menyakinkan pokoknya. Cocok banget harapan ku selama ini, terjawab semua sudah sama si Doiii.
Loe pada ngikutin nggak Din akun si bapak/ibu yang ono, kalau gue tak ikutin semua. Kan bisa berteman, bakusapa sama si urang terkenal, bertanya bahkan curhat pun boleh, entar dikasih tip ala hidup sukses lepas dari persoalan Din. Keluh kesah kita wong pinggiran. Asal kita pilih si doii.
Beda kita Dul, timpal Udin. Saya simak aja tu konten media sosialnya. Lihat apa saja programnya, terealisasi atau nggak. Pro rakyat apa tidak. Bersih apa nggak sama virus korusi, berani apa nggak sama korutor. Baru deh 2024 tak pilih, hehehe...bacot doank nggà k mempan Dul. Kita harus melek dari namanya politisasi.Â