Hal ini mempengaruhi cara pandang dalam menerapkan hal-hal yang baru tentang pertanian. Seperti mencoba tanaman jenis yang baru. Menggantikan/meninggalkan jenis tanaman lama yang kadang tidak memberikan keuntungan ekonomis.
Kedua. Trauma. Kegagalan masa panen karena hama, harga pasar yang tidak menjanjikan, hasil yang tidak maksimal sesuai harapan. Masalah terbesar yang seringkali mendatangkan  kerugian bagi para petani.Â
Memberikan dampak besar, baik secara pengorbanan materi maupun secara psikis. Misalnya modal dan tenaga yang dikucurkan tidak sebanding dengan apa yang dinginkan.
Secara psikis, khususnya bagi petani yang selalu mengalami kegagalan. Baru pertama kali mencoba, mengalami kerugian besar hingga terlilit hutang, rumah terjual, dan sebagainyanya.Â
Maka jangan ditanya psikologisnya? Ampuun, lain kali saya tidak akan mencoba lagi tanaman yang baru itu, habis modal bisa modar kalau begini.
Lebih baik tanam yang pasti-pasati saja, biar murah yang penting lancar dan tidak banyak modal, daripada mengganti jenis tanaman baru akhirnya rugi.
Ketiga. Takut bermodal cenderung bersifat ala kadar. Kebiasaan serba tanggung sehingga hasil pertanian pun menjadi tanggung.Â
Misal, menanam cabe rawit 5 batang, takaran pupuk yang digunakan perbatang tanaman seharusnya satu genggam tangan dikurangi menjadi satu sendok.
Maka tak heran jika 5 batang cabe rawit hanya sekedar, dan hasil pemupukan kurang optimal gagal dalam menaikan hasil panen. Karena serba tanggung dan bersifat ala kadar bukan.
Mencoba Membudidayakan TanamanPermintaan pasar akan Pisang yang cukup menggiurkan. Maka membudidayakan tanaman ini dalam skala besar mesti dicoba oleh petani.Â