Overthinking Karena Orang Tua
Siapapun orang tua pada dasarnya pasti berkeinginan melihat buah hati junjungan jiwa menjadi yang terbaik dari segi apapun.
Dan tidak mungkin sosok orang tua berkeinginan melihat anaknya jauh dari konteks kewajaran. Dan selalu berharap anaknya menjadi yang terbaik dari segala hal.
Terkecuali orang tua yang menderita kelainan/sakit mental yang punya keinginan buruk buat anak-anaknya. Minimal keadaan anak-anak lebih baik daripada mereka sendiri, cukup orang tua saja kalian jangan.
Dengan segudang prestasi, kemampuan yang bisa diandalkan dan cerdas sudah barang tentu harapan semua orang bukan.Â
Bisa dibayangkan betapa besar rasa bangga orang tua mempunyai anak yang mampu mewujudkan harapan/keinginan mereka.Â
Tidak dipungkiri perasaan bangga tersemat dalam hati toh, predikat sukses dalam mendidik anak-anak cermin dari keberhasilan orang tua.
Menjadi teladan bagi para orang tua lain dalam mendidik anak mereka. Contoh baik bagi tetangga lain dalam menerapkan pola asuh, mungkin.
"Tu, pak Asep anaknya pada sukses semua loh. Timpal tetangga. Yang bungsu masuk smptn perguruan tinggi ternama, beasiswa lagi.
Yang atunya, lulus kerja luar negeri loh, dan yang sulung berhasil menjadi pengusaha sukses, untung banget Pak Asep ya."
Namun terkadang orang tua alpa pada sisi afektif karena lebih memprioritaskan aspek kognitif dan psikotomorik anak.Â
Berbagai cara pun dilakukan orang tua buat sang anak untuk mencapai keinginan mereka. Seabrek agenda keinginan dipaksakan untuk dipatuhi anak-anak. Menguras energi dan pikiran anak, terkadang membebani buat mereka.