Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Misteri Penulis Fiksi

11 Desember 2020   14:59 Diperbarui: 22 Desember 2020   06:49 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis karya-karya fiksi mempunyai kebebasan dalam memakai dan menyusun kata menjadi kalimat, untuk mencurahkan isi hati atau buah pikirannya.

Memiliki makna sebagai pesan moral, berupa nasehat, sindiran, tamsil, kritik dan sebagai media sosialisasi yang sarat dengan kalimat-kalimat filsafat sebagai pandangan hidup.

Menikmati karya fiksi memberi napas bagi jiwa, mengasah rasa seni dan sense. Mengasah kepekaan budi dan emosi. Dengan berimajinasi pada situasi alam fana tempat berpijak dan masa lampau yang pernah terjadi.

Ragam budaya, sruktur sosial, sejarah dan tatanan masyarakat menjadi qias makna dalam menarasikan karya, bagi penulis fiksi. Yang terkadang memberikan corak pada karya yang ditulis.

Menulis fiksi tidak semudah seperti digambarkan sebagian orang. Karena penulisnya memiliki imajinasi, seni, sensi, rasio dan emosi dalam menyuguhkan narasi-narasinya. Dan tidak selalu berpijak pada kakunya kata ilmiah. Tapi bersifat alami yang mengalir.

Kebebasan bagi penulis fiksi dalam merangkai diksi yang indah, unik bahkan terkesan nyeleneh buat pembaca. Disertai majas dan perupamaan-perumpamaan alam, kisah-kisah bahkan pesan spiritual ada dalam narasi yang dituangkan.

Misalnya sajak Fariduddin Attar dalam sebuah antologi puisinya Mantiqut Thair.
Katarsisasi religiusitas dalam sajak tersebut cukup jelas dan mencerahkan bagi perkembangan spiritualitas umat manusia.

Kepada melati ia berikan empat helai kelopak/ dan di kepala bunga tulip/ ia kenakan topi merah/ ia kenakan mahkota emas di kening bunga narsis/ dan ia jatuhkan mutiara-mutiara embun/ ke dalam peti peti sucinya.

Karya Fariduddin Attar di atas menampakkan upaya aku( lirik) memberikan keindahan pada suatu yang telah indah yakni bunga tulip yang indah masih di pasangi topi merah yang dengan itu keindahan bunga semakin memukau.

Bunga yang harum yakni hati nurani manusia yang menyadari bahwa dirinya manusia, membungkus dirinya dengan akhlak yang mulia, moralitas yang agung.

Artinya, moralitas dann mentalitas yang baik adalah penyempurna manusia sebagai mahluk yang sempurna dari mahluk tuhan yang lainnya. Keindahan luar diiringi keindahan hati.

Misteri Penulis Fiksi
Dan terkadang karya fiksi sukar untuk diterka dan dicerna, kemana arah tulisan yang dituju. Dan maksud yang sebenarnya. Besar kemungkinan sang penulis sendiri yang lebih mengetahui apa maksud sebenarnya dari tulisan yang dibuat.

Seperti bahasa dalam prosa, puisi, sajak atau karya fiksi lainnya. Yang menuai ragam tafsir bagi pembaca. Konsekuensi, jika penulis telah mempublis tulisannya. Maka pembaca jelas akan memberikan ragam penilaian kan.


Kekayaan dari karya fiksi telah ada sejak dahulu kala, dengan ciri khas tulisan ada disetiap tulisan oleh penulis. Dalam catatan sejarah lahirnya karya-karya monumental yang terkenal dari pujangga masa lalu bukti adanya karya fiksi. 

Seperti Empu Tanakung dengan hasil karyanya werasancaya dan lubdaka. Empu Darmaja dengan hasil karyanya Smaradhahana. Negarakertagama karya empu Prapanca. Sutasoma karya Empu Tantular. Dan masih banyak lagi para penulis sastra kita yang ada pada masa dahulu.


Belum lagi masa pujangga lama/angkatan 20-an, seperti nama Abdul Muis (salah asuhan), Merari Siregar (azab dan sengsara), Marah Rusli (siti nurbaya), Tulis Sutan Sati (sengsara membawa nikmat). Tenggelamnya Kapal van der wijck dari Buya Hamka. Sampai dengan sekarang masih enak untuk dibaca.

Novel, cerpen/cerbung, puisi, syair, sajak, pantun bahkan gurindam sebuah hasil adalah karya fiksi yang kaya dengan pesan yang dapat diambil hikmah dalam kehidupan ini. Dengan sifat yang menghibur, mendidik, nilai-nilai sosial, pesan moral dan keagamaan. 

Bahkan yang menarik lagi, banyak pejabat, politisi, artis, dan anak-anak muda yang menggunakan bahasa sastra/fiksi dengan tujuan meraih simpati khalayak, penuh kelakar, kata-kata bijak, maupun pesan sindiran kepada orang lain.

Hal ini memberikan arti bahwa bahasa fiksi itu sangat indah dan penting untuk saat ini sebagai seni dalam hidup. Kekuatan kata bak irama dalam musik, keindahan dalam seni pahat pada patung/arca, bahkan berwarna seperti lukisan monalisa yang terkenal. Pesan-pesan yang tampil dan disampaikan dengan gaya tulisan menarik untuk pembaca/pendengar.

Jika disimak susunan kata-kata/kalimat yang digunakan seperti adanya tanda tanya setiap baris yang terkadang saling bartautan dengan curahan isi hati/buah pikir yang halus dari pencipta/penulis. Yang bukan hanya mementingkan keindahan bait kata perkata belaka, tetapi lebih mengutamakan isi pesan yang sarat dengan kalimat-kalimat renungan sebagai pelajaran dalam hidup.

Nah, bagiku, penulis fiksi adalah orang-orang hebat yang mempunyai titik misteri dibalik kata-kata atau kalimat yang mereka suguhkan. Disertai kebebasan jiwa mereka.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun