Langit berbintang di atas kepalaku, Hukum moral di dalam batinku (Immanuel Kant).Â
Berbicara tentang dunia Politik, maka tidak akan ada habisnya. Berangkat dari fenomena dan fakta yang terjadi, menuai asumsi publik bahwa politik itu kejam. Drama politik selalu dan pasti ada sandiwara, benar adanya.
Apakah politik itu penting, ya. Tanpa politik  kemungkinan roda pemerintahan akan jadi seperti apa? Karena politik adalah kuasa titah dan tata kelola. Runut tata sistem bak pengendali tatanan pemerintah.
Jadi politik merupakan kemestian di setiap pemeritahan, kan. Dan dari analis dan sejarawan telah mengupas fakta dan data setiap bangsa pentingnya politik itu.
Menilik kata politik berarti tentang penguasa. Secara dejure dan depacto yaitu pemimpin dan yang dipimpin. Ada raja dan rakyatnya.
Hups berkaca tata sistem politik di setiap negara dan bangsa manapun tidak sama alias berbeda. Terlepas ideologi dan pola demokrasi yang dianut. Istilah petuah "lain lubuk ya lain ikannya".
Melansir debat pilkada di daerah saya Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong kemarin. Yang tayang di salah satu televisi lokal RBtv. Dan streaming youtube.
Menarik sih disimak dari paparan visi misi paslon. Semua ingin berbuat untuk kemajuan daerah dan mewujudkan kesejahteran rakyat. Yang membedakan langkahnya yaitu program kerja jika terpilih nanti.
Dengan ragam diksi dan narasi persuasif. Memantik mata untuk melirik, membisik telinga untuk terusik, meminta akal untuk logik, dan menyentuh hati untuk bersimpatik.
Namun masih sangat disayangkan versiku, lagi-lagi tudingan atau serangan menudik ke person calon masih menjadi andalan dalam debat. Instrumen pembidik yang bergidik, pembunuhan karakter kata temanku. Bukak aib ketimbang adu argumen dalam paparan program kerja.
Menilai politik dalam skala luas atau sempit, politik adalah kekuasaan dan kepentingan. Ya, terlepas kepentingan apa yang ada disetiap kita. Sing penting rakyat jadi prioritas, lalu kepentingan anda, akh karepmu!