Bermunculannya berbagai kelompok yang mengklaim suatu kebenaran diatas otoritas yang sah yaitu pemerintah pada waktu yang lalu, mungkin juga masih berkembang bahkan semakin tumbuh di masyarakat. Â Memberikan ragam persepsi dimata public akan hal itu. Yakni kekuatan Pancasila sebagai azas tunggal bangsa kita.
Dari yang menertawai sampai dengan kecaman disertai hujatan kepada beberapa kelompok yang mengdeklarasikan otoritas mereka, dengan berani secara blak-blakan menentang hukum yang sah di Negara ini. Yang memposisikan kelompok tersebut pantas untuk menerima tanggapan miring public terhadap kekonyolan yang dilakukan.
Hal ini adalah sebuah konsekuensi dari suatu hukum "sebab dan akibat" . Konsekuensi  yang mesti diterima jika sesuatu tindakan dilakukan terlah bertentangan dari kacamata public dan hukum resmi pemerintah.
Seperti yang dialami oleh kelompok-kelompok yang meresahkan, bahkan berani secara terang-terangan, mengakui otoritas diatas sebuah kebijakan Negara. Mungkin inilah yang dirasakan oleh kelompok Sunda Empire waktu itu, begitupun kelompok-kelompok lain. Yang kini bermunculan di berbagai daerah, tanah air kita.
Dalam hal ini, secara subyektif ada beberapa pelajaran penting yang baik untuk diadopsi dari sepakterjang para pendiri yakni perintis kelompok in, menurutku. Khususnya di bidang niaga-kah, pendidikan, politik dan lainnya. Bagi calon guru, bisnismen, dan politikus sekalipun.
Seperti kondisi saat ini, didaerah tempat penulis misalnya. Yaitu persiapan bagi calon-calon kepala daerah, Gubernur dan Bupati di tahun 2020 ini, Yakni mempelajari pola ilmu komunikasi atau mobilisasi massa dari kelompok-kelompok tersebut.
Pertama, metode penjaringan massa. Suatu cara yang sangat persuasiv dalam kurun yang tidak terlalu lama, mereka mampu mengumpulkan massa yang besar. Hanya dengan finasial yang kecil, seadanya.
Bahkan pendiri dan perintis kelompok dibiayai oleh anggota-anggota baru yang bergabung, untuk mewujudkan tujuan yang dicitakan. Sehingga sangat layak untuk partai-partai, calon-calon kepala daerah untuk mencoba, mengikuti pola-pola persuasive mereka, kan!
Kedua, metode penyampaian visi dan misi sehingga mudah dipahami. Apabila menyimak dari paparan tokoh-tokohnya yang ditayangkan di Televisi bahkan dalam acara ILC waktu itu. Menurutku, pemikiran yang terkesan irrasional alias tak logis.
Namun, Â kok bisa diterima oleh masyarakat, bahkan berduyun-duyun ikut bergabung pada kelompok tersebut. Sebuah pemikiran yang jelas bertentangan pada hukum Negara kita miliki. Â Tak jarang para calon anggota baru yang ingin bergabung harus mengeluarkan uang yang besar atas janji-janji yang disampaikan
Dua metode jelas layak versiku untuk para elit politik daerah, yang bertarung di pilkada tahun. Untuk mentauladani mereka, supaya sukses dalam mendulang suara rakyat. Apakah itu intonasinya, artikulasi yang menibobok, adalah gaya untuk mencapai sebuah tujuan.